Kasus Makin Turun, RI Tetap Punya Risiko Hadapi Gelombang 3 Covid-19

Kampartrapost.com – Penurunan angka Covid-19 jadi salah satu tanda baik bagi tanah air, berkat sejumlah aturan yang pemerintah buat juga masyarakat yang patuh pada protokol kesehatan.

Usai hampir dua tahun harus hidup dalam situasi Pandemi Covid-19, masyarakat akhirnya bisa punya harapan untuk dapat hidup seperti semula.

Pandemi yang jadi sebab anjloknya banyak aspek termasuk ekonomi, jadi satu dari banyak hal yang harus rakyat hadapi.

Meski demikian, pakar sebut RI punya risiko gelombang tiga Covid-19, yang mana hal ini buat seluruh elemen negara harus mawasdiri.

Baca juga: Rincian Gaji Anggota DPR, Mulai Dari Upah Pokok hingga Tunjangan

Dicky Budiman, pakar Epidemiologi Universitas Griffifth, Australia, prediksi gelombang tiga Covid-19 akan timpa Indonesia pada bulan Oktober.

Dengan PPKM yang masih terus lanjut, hal tersebut bisa saja tak terjadi dan akan mundur ke waktu yang lebih lama.

Prediksi awal yang jatuh  pada bulan Oktober, dapat mundur dan terjadi di bulan Desember.

PPKM yang telah efektif buat turun angka Covid-19 RI tak boleh buat elemen negara untuk abai pada prokes.

Baca juga: Bukti Sering Fitnes Belum Tentu Aman Dari Covid-19

Vaksinasi juga tak boleh jadi sesuatu yang remeh, karena hal itu adalah langkah yang saat ini paling utama untuk cegah dan lawan virus Corona.

“Karena apa, karena pemerintah memperpanjang PPKM, jadi ini kan estimasi prediksi ketika ada intervensi yang kuat,” tutur Dicky.

Dari pendapat pakar itu, dapat kesimpulan bahwa gelombang tiga Covid-19 bisa masyarakat cegah dengan tetap patuh prokes juga vaksinasi.

Angka vaksinasi di beberapa daerah sendiri sudah cukup tinggi, namun masih ada daerah yang belum sampai standar.

Baca juga: Teka-teki Kematian Pria Live TikTok Usai Keluarga Tepis Bunuh Diri

Aparat negara dapat pancing warga yang masih ragu bahkan tak mau vaksin dengan sosialisasi dan rangkul langsung masyarakat.

Itu karena banyak kabar tanpa dasar yang masyarakat dengar tentang efek pasca vaksinasi.

Jadi kabar itu harus dapat ganti dengan informasi yang benar.

 

Berita Terkait