Phryne: Pelacur Yunani Kuno Yang Rela Telanjang Demi Kebebasannya

Internasional, Kampartrapost.com – Phryne, pelacur Yunani Kuno yang terkenal sepanjang ribuan tahun karena persidangan dramatisnya untuk bebas dari hukuman mati. Ia rela telanjang di depan persidangan demi kebebasannya.

Phryne bukanlah nama aslinya, ia bernama Mnesarete (memperingati kebaikan). Namun, ironisnya banyak yang memanggilnya dengan sebutan Phryne yang artinya katak. Banyak yang memanggilnya Phryne karena warna kulitnya yang kekuningan.

Ia merupakan pelacur papan atas pada zaman Yunani Kuno. Banyak yang tergila-gila karena kecantikan Phryne yang disebut-sebut sebagai cerminan dewi Aphrodite. Hal itu sejalan dengan beberapa seniman yang terinspirasi dari paras cantik Phryne dalam membuat beberapa lukisan atau patung seperti Aphrodite.

Kecantikan Phryne juga menjadi subyek banyak penulis Yunani kuno. Banyak yang memuji penampilannya, dengan Athenaeus secara terbuka memujanya dalam karyanya yang berjudul  The Deipnosophists.  Dari karya ini kita juga tahu bahwa Phryne adalah wanita mandiri terkaya di seluruh Athena pada saat itu.

Baca juga: Pesawat Listrik Rolls-Royce Lakukan Penerbangan Perdana, Tercepat di Dunia?

Kisah Phryne si pelacur papan atas telah mendunia selama ribuan tahun. Ia menjadi simbol bagaimana melawan seksisme serta penindasan.

Phryne lahir sekitar 371 SM di Thespiae (Boeotia), tetapi menghabiskan sebagian besar hidupnya di Athena. Karena penampilannya yang memukau, ia menjadi model, berpose untuk berbagai pelukis dan pematung, termasuk Praxiteles, yang juga merupakan salah satu kliennya yang paling sering.

Terlepas dari kekayaan dan kecantikannya yang luar biasa dan klien-klien terkemuka. Apa yang membuat Phryne tetap diingat hingga hari ini adalah persidangannya yang terkenal.

 

Phryne: Pelacur Yunani Kuno Yang Rela Telanjang Demi Kebebasannya
Phryne the Impious, by Margaret Benbow. – Foto: ekphrastic.net

Menurut Athenaeus, Phryne dituntut atas pelanggaran berat dan dibela oleh orator Hypereides, salah satu kekasihnya. Athenaeus tidak merinci sifat tuduhan, meskipun beberapa sumber sejarah lain menyatakan bahwa dia dituduh mencemarkan Misteri Eleusinian.

Meskipun ada perdebatan besar di antara para peneliti tentang apa yang sebenarnya terjadi hari itu di pengadilan. Athenaeus menulis bahwa Hypereides merobek gaun Phryne di tengah ruang sidang untuk menunjukkan kepada hakim betapa indahnya tubuh Phryne si pelacur papan atas.

Baca juga: Jobkeeper Dapat Atasi Ekonomi Australia Selama Pandemi? Begini Pendapat Ahli!
File:Phryne-before-the-areopagus-european-school.jpg
commons.wikimedia.org

Hypereides mengatakan alasannya merobek gaun Phryne bahwa hanya para dewa yang bisa memahat tubuh yang begitu indah layaknya Phryne. Sehingga membunuh atau memenjarakannya di anggap sebagai penghujatan dan tidak menghormati para dewa.

Para hakim yang berada dalam persidangan pun membenarkan hal tersebut. Bagaimana indah dan moleknya tubuh Phryne menyelamatkannya dari hukuman mati.

Sayangnya, banyak hal yang belum jelas mengenai kenapa Phryne ini di hukum. Belum ada yang tahu secara pasti alasan mengapa ia mendapat tindak pidana atau hal apa yang ia lakukan sehingga di tangkap. Akan tetapi kemungkinan besar ia dihukum karena telah melakukan pemfitnahan atau penistaan.

Kisah kemenangan Phryne dari hukuman mati akibat bertelanjang di depan para hakim banyak menginspirasi karya seni. Termasuk lukisan ikonik  Phryne before the Areopagus  oleh Jean-Léon Gérôme (1861) dan patung  Phryne Before the Judges , oleh Albert Weine, dari tahun 1948.

Baca juga: Covid di Singapura: ‘Hidup seperti tawanan’, kisah ribuan pekerja migran yang menjalani salah satu karantina terlama di dunia

Berita Terkait