Wali Kota Amsterdam Minta Maaf Atas Perbudakan Masa Lalu

Amsterdam, Kampartrapost.com – Kamis (01/07/2021), Walikota Amsterdam menyampaikan permintaan maaf atas peran kotanya dalam perdagangan budak di masa lalu, yang berperan dalam usaha memperkaya ibukota Belanda tersebut selama masa kolonialisme berlangsung.

“Atas nama kota (ini), saya meminta maaf atas keterlibatan aktif dewan kota Amsterdam (di masa lalu) dalam sistem komersial perbudakan kolonial dan perdagangan manusia global,” kata Walikota Femke Halsema.

Persis dengan negara-negara Eropa lainnya, di Belanda, perdebatan tentang masa lalu benua biru tersebut terkait aksi kolonialisme dan perannya atas perbudakan dunia kembali memanas. Hal itu terjadi setelah gerakan ‘Black Lives Matter’ terjadi di Amerika Serikat.

Baca juga: WHO Serukan Pantau Penonton Euro 2020 Lebih Ketat

“Sudah waktunya untuk mengintegrasikan ketidakadilan besar perbudakan kolonial ke dalam identitas kota kita,” ujar Halsema dalam pidatonya. Apa yang disampaikannya ini  untuk menandai penghapusan perbudakan dunia pada 1 Juli 1863 di Suriname dan Karibia (bagian dari Kerajaan Belanda).

Pada puncak kerajaan kolonialnya, Provinsi Bersatu yang sekarang terkenal dengan Belanda memiliki wilayah koloni seperti Suriname, pulau Karibia Curacao, Afrika Selatan, dan Indonesia. Di mana Perusahaan Hindia Timur Belanda itu berpusat pada abad ke-17.

Provinsi Holland, yang merupakan bagian dari Amsterdam, adalah “pemain utama dalam perdagangan dan eksploitasi budak,” kata Halsema. Ia juga menjelaskan bahwa pada abad ke-18 “40 persen pertumbuhan ekonomi (kita) berasal dari perbudakan”.

“Dan di Amsterdam, hampir semua orang mendapatkan uang berkat (aksi) koloni (di) Suriname,” katanya, secara khusus mengutip dewan kota Amsterdam, yang merupakan pemilik dan pengelola bersama koloni tersebut.

Ibu kota Belanda, Amsterdam, adalah kota pertama di negara itu yang menawarkan permintaan maaf. Seharusnya kota lain mengikuti hal ini seperti kota Rotterdam, Utrecht dan ibukota administratif Den Haag, yang juga selalu memperdebatkan masalah ini.

Baca juga: Hasil Pertandingan Euro 2021: Susah payah Kalahkan Swiss, Spanyol ke Semifinal Lewat Adu Penalti

Di tingkat nasional, Belanda belum secara resmi meminta maaf atas perannya dalam perbudakan.

Perdana Menteri yang akan turun kursi, Mark Rutte, mengatakan bahwa periode perbudakan terlalu jauh di masa lalu. Perdebatan tentang permintaan maaf juga akan memicu ketegangan.

Berita Terkait