Zoom dysmorphia: Terlalu Lama Gunakan Zoom mengakibatkan Distorsi Citra Diri

International, Kampartrapost.comTerlalu lama menggunakan konferensi video Zoom mengakibatkan distorsi atau rusaknya cara kita memandang citra diri kita sendiri.

Fenomena ini mendapat julukan ‘Zoom dysmorphia’ oleh dokter kulit dan profesor Harvard Medical School Dr Shadi Kourosh, ia telah mengamati peningkatan konsultasi masalah terkait dengan penampilan selama pandemi berlangsung.

“Saya khawatir bahwa waktu yang dihabiskan untuk kamera ini berdampak negatif pada persepsi orang tentang penampilan mereka,” kata Kourosh.

Ia menyamakan konferensi video Zoom melalui kamera telepon dengan cermin funhouse. Karena, ia memandang bahwa orang-orang kini tidak melihat cerminan sejati dari diri mereka sendiri. Akan tetapi mereka tidak pernah menyadari bahwa itu adalah cermin yang terdistorsi. Dia mengatakan faktor-faktor seperti sudut dan seberapa dekat kita dengan kamera menutupi penampilan kita yang sebenarnya.

Pada awal pandemi, Kourosh melihat pola aneh dalam jenis konsultasi yang dia dapatkan.

Baca juga: Dua Minggu Menjabat, Duta Besar Jerman di China Meninggal

“Orang-orang kian berteriak untuk melakukan operasi dan menggunakan kosmetik yang berlebihan. Namun, mereka tidak melihat risiko medis yang akan timbul,” kata Kurosh.

“mereka hanya ingin terlihat baik dengan keasyikan seperti itu,” tambahnya.

Dia mencatat ada lonjakan permintaan khusus untuk operasi hidung dan menghaluskan kerutan dahi.  Semakin Kurosh melihat kedepan, ia semakin bertanya-tanya apakah ini ada hubungannya dengan orang-orang yang terlalu sering menghabiskan waktu untuk konferensi video Zoom.

“Orang-orang mengeluh tentang kulit kendur di wajah dan leher bagian bawah. Kami bertanya-tanya apakah itu karena orang-orang memegang ponsel cerdas mereka pada sudut yang aneh ketika mereka melihat ke bawah, ”katanya.

Baca juga: Meskipun Ada Kasus Sapi Gila, China Bersikeras Lanjutkan Impor Daging Sapi Brazil

Pada bulan Maret 2021, ahli bedah plastik Inggris melaporkan adanya peningkatan 70 persen dalam konsultasi perihal operasi wajah. Kourosh dan timnya melihat lebih dalam tentang bagaimana kamera di komputer dan tipe menghadap ke depan di ponsel, dapat mendistorsi gambar.

“Bila Anda mengambil foto dari jarak dekat, Anda lebih berisiko mendistorsi gambar,” jelasnya. “Dengan kamera yang menghadap ke depan, kami menemukan bahwa distorsi gambar semakin buruk semakin dekat dan kami cenderung mengambil foto narsis dan duduk di depan laptop kami dalam jarak dekat.”

Sementara itu, Zoom dysmorphia berbeda dengan Snapchat dysmorphia pada tahun 2015. Pada Snapchat dysmorphia ada kesadaran bagi orang-orang bahwa sedang terjadi dismorfia. Namun berbeda dengan Zoom dysmorphia yang tidak disadari orang-orang. Mereka tidak tahu tentang distorsi yang terjadi pada kamera mereka.

Kurosh mengatakan pandemi memberi efek terbesar dalam menciptakan badai masalah citra diri.

“Selain melihat diri mereka sendiri untuk panggilan konferensi video, orang-orang hidup dalam isolasi, menghabiskan waktu luang mereka untuk melihat gambar orang lain yang sangat terdistorsi di media sosial. Saya yakin ini masalah kesehatan mental,” tukas Kurosh.

Baca juga: Bisnis peternakan lalat di Afsel yang menjadikan belatung sebagai makanan hewan – dan mungkin manusia

Berita Terkait