Akibat Serangan Siber, Sekolah di AS Terpaksa Ditutup

New Mexico, Kampartrapost.com – Sebuah serangan siber melanda beberapa sekolah di AS dan membuat sekolah terpaksa membatalkan kelas selama dua hari di distrik Albuquerque.

Melansir The Associated Press, di sekloah menengah di kota terbesar New Mexico staf administrasi tidak bisa mengakses daftar kehadiran. Semua siswa yang ada dalam daftar terkunci dari daftar kelas dan nilai.

Administrator Albuquerque kemudian mengkonfirmasi ada yang memblokir akses ke basis data siswa distrik karena adanya serangan siber ransomware.

“Saya tidak menyadari betapa pentingnya itu sampai saya tidak dapat menggunakannya,” kata Sarah Hager, seorang guru seni di Cleveland Middle School.

Baca juga: Toyota Bakal Kirim Kendaraan Penjelajah ke Bulan Pertama Kalinya!

Dengan adanya serangan siber ini semakin memperparah kegiatan belajar siswa di sekolah setelah hampir dua tahun terkengkang pandemi virus corona.

Beberapa sekolah pun terpaksa menutup kegiatan belajar mengahar untuk memulihkan data yang terkena serangan siber. Serangan siber tersebut juga telah menghapus semua data di laptop.

“Cukup banyak cara Anda memotongnya, insiden keduanya semakin sering dan lebih signifikan,” kata Doug Levin, direktur Pertukaran Informasi Keamanan K12.

Namun, data yang akurat sulit di dapat karena sebagian besar sekolah tidak wajib untuk melaporkan serangan siber secara publik.

Baca juga: Melonjak Tinggi! Jumlah Harian Covid Rusia Mencapai 110.000

Tetapi para ahli mengatakan sistem sekolah umum yang seringkali memiliki anggaran terbatas untuk keahlian keamanan siber. Karena hal tersebut sekolah menjadi target yang mengundang bagi geng ransomware.

Sistem sekolah yang mengalami gangguan pengajaran termasuk di Baltimore County dan Miami-Dade County, bersama dengan distrik di New Jersey, Wisconsin, dan di tempat lain.

Kelompok Levin telah melacak lebih dari 1.200 insiden keamanan siber sejak 2016 di distrik sekolah umum di seluruh negeri. 

Mereka termasuk 209 serangan ransomware. Ketika peretas mengunci data dan mengenakan biaya untuk membukanya 53 serangan “denial of service” di mana penyerang menyabotase atau memperlambat jaringan dengan memalsukan permintaan server dan 156 insiden “Zoombombing”.

Baca juga: Soal Melonjaknya Omicron, Save Our Soccer: Prokes ketat atau stop liga 1?

Berita Terkait