Curhat Mahasiswa Kampar Berpuasa di Turki; Banyak Orang Makan di Tempat Umum & Berpakaian Minim

Kampartra Post – Nur Abdi, mahasiswa asal Muara Uwai, Kabupaten Kampar, Riau, yang akrab disapa Abdi ini menceritakan pengalaman berpuasanya di Turki.

Saat ini Abdi tinggal di Isparta, Turki dalam rangka menimba ilmu studi sarjana di Süleyman Demirel University.

Abdi mengatakan tahun ke-3 ia menjalani Bulan Ramadhan di Turki.

Bulan Ramadhan termasuk momen yang ditunggu-tunggu juga oleh Abdi. Sebab, banyak keberkahan di dalamnya.

Curhat Mahasiswa Kampar Berpuasa di Turki; Banyak Orang Makan di Tempat Umum & Berpakaian Minim
Abdi saat belajar di Turki (Dok pribadi Abdi)

Namun, Ramadhan di Turki membuat Abdi merasa berbeda dengan di Indonesia.

“Ramadhan di perantauan sangat berbeda rasanya, apalagi di Negeri Konstantinia dua benua, Eropa dan Asia,” kata Abdi saat dihubungi Kampartrapost.com, Sabtu (8/4).

Klik untuk mengikuti Instagram Kampartrapost 

Abdi sebagai anak perantauan merasakan hal yang berat saat menjalani puasa Ramadhan di Turki.

Suasana di sana tidak menghadirkan kenikmatan untuk berpuasa. Sebab, harus sabar menahan rindu jauh dari keluarga.

“Tidak bisa menikmati suasana di kampung halaman seperti Asbu (asmara subuh) hehe. Ibaratkan bahasa orang ocu la ambau taso,” ungkapnya.

Durasi puasa yang berganti-ganti

Berbeda dari daerah-daerah di Indonesia yang hanya memiliki dua musim dan pergeseran waktu setiapnya harinya juga tidak terlalu jauh.

Abdi mengatakan di Turki durasi puasa lebih panjang dan bisa berganti-ganti.

“Misalnya kemarin azan pukul 05:20 (waktu setempat), hari ini sudah beda 5 menjadi 5:15. Memang sangat signifikan perubahannya,” terangnya.

Walaupun durasi puasa yang panjang dan berganti-ganti, Abdi mengaku senang menjalani puasa di Turki ketika musim dingin tiba.

Sebab, saat berpuasa pada musim dingin tidak terlalu merasakan lemas atau pun letih.

Curhat Mahasiswa Kampar Berpuasa di Turki; Banyak Orang Makan di Tempat Umum & Berpakaian Minim
Abdi saat bermain futsal dengan teman-temannya di Turki

Kendati demikian, Abdi tetap merasakan durasi berpuasa di daerahnya Isparta, Turki lebih lama dari Indonesia.

Perbedaan waktu Ramadhan kali ini selalu meningkat secara bertahap.

“Waktu puasa terlama di Turki adalah 15 jam 46 menit. Sedangkan umat Islam di Ibu Kota Turki, Ankara berpuasa selama 15 jam 12 menit,” ungkapnya.

Sementara itu, kata Abdi di Turki, untuk melaksanakan ibadah selama bulan Ramadhan tidak jauh berbeda dengan Indonesia.

“Untuk di lingkungan Turki pun sangat mendukung. Kami ada agenda salat tarawih dan subuh berjamaah setiap hari, sama halnya seperti di Indonesia,” tuturnya.

Selain berpuasa pada siang dan salat tarawih pada malam hari, Abdi beserta rekan-rekannya juga sering baca Al-Qur’an setiap selesai salat fardu.

Curhat Mahasiswa Kampar Berpuasa di Turki; Banyak Orang Makan di Tempat Umum & Berpakaian Minim
Menikmati musim salju di Turki

Mereka juga mengadakan halaqah sehingga nilai-nilai spiritual tetap terjaga dan makin meningkat selama bulan Ramadhan.

Abdu memiliki cara tersendiri untuk memperkuat ikatan kekeluargaannya dengan sahabat-sahabat Indonesia di sana.

“Kita di sering banget berkabar dan sebagian kita juga melakukan berbuka bersama rumah ke rumah mahasiswa di sini,” kata Abdi.

Tak lupa juga berkabar dengan keluarga di Indonesia melalui chat whatsapp dan video call.

Tidak ada takjil

Berbeda dengan Indonesia. Umat muslim di Turki tidak merasakan animo orang berjualan takjil di tepi jalan. Namun, ada beberapa pemerintah pusat yang membagikan makanan sembako untuk berbuka di kota-kota besar.

Umat muslim di Turki, biasanya saat azan berkumandang, mereka langsung menyantap menu utama.

“Ketika azan magrib berkumandang, mereka akan langsung menyantap menu seperti makan malam di hari biasanya,” terangnya.

Diawali dengan sup corba, roti, kurma, dan zaytin.

Kemudian dilanjutkan dengan menu penutup seperti sajian baklava, puding ataupun potongan buah segar.

Selain itu juga ada tradisi minum teh yang sangat khas oleh orang Turki.

Abdi juga menceritakan uniknya cara memastikan makanan halal di Turki.

Umat muslim tak perlu khawatir untuk mencari restoran berlabel halal di Turki walaupun tak seluruh restoran memiliki sertifikasi halal.

Meskipun sebagian restoran di Turki tak memiliki sertifikasi yang dipajang, namun umat muslim bisa langsung memastikannya dengan bertanya kepada staf restoran tersebut.

“Kita bisa berbicara dengan staf sebelum menempatkan pesanan kita untuk mendapatkan kepastian mereka,” tutur Abdi,

“Kemungkinan ada beberapa restoran yang melayani wisatawan yang menyajikan makanan daging babi dan terutama makanan internasional,” lanjutnya.

Dalam situasi seperti ini, Abdi menyarankan agar lebih baik memilih hidangan seafood atau vegetarian.

Tantangan berpuasa 

Setiap berpuasa di suatu daerah pasti memiliki tantangannya tersendiri. Abdi menceritakan tantangannya selama menjalani puasa Ramadhan di Turki.

Bagi ia tantangan terberatnya adalah menundukkan pandangan ketika melihat lawan jenis tidak memakai hijab.

“Sangat disayangkan sekali sebagian negara Turki yang berada di Eropa banyak perempuannya tidak memaki hijab dan pakaiannya ketat dan pendek,” ungkapnya.

Hal itu menjadi pengalaman bagi Abdi. Sebab kebanyakan godaan umat muslim Indonesia di sini terkhusus Abdi ialah mereka yang tidak menutup aurat dan makan di tempat umum.

Abdi juga merasakan kultur dan budaya yang berbeda. Orang Turki memiliki kekhasan kultur Eropa modern.

Mereka tak begitu merespon dengan luar biasa setiap menyambut hari-hari besar seperti bulan Ramadhan.

“Tetapi kalau kita di Indonesia, apalagi di kampung saya ketika menyambut bulan Ramadhan itu melakukan tasyakuran ke rumah-rumah keluarga, balimau kasai dan berziarah kubur,” tutupnya.

Berita Terkait