Eropa Kembali Menjadi Ancaman Episentrum Covid-19

Eropa, Kampartrapost.com – Uni Eropa kembali menjadi episentrum kasus Covid-19 di dunia mendorong beberapa pemerintah untuk mempertimbangkan kembali memberlakukan lockdown menjelang Natal dan menimbulkan perdebatan tentang apakah vaksin saja cukup untuk menjinakkan COVID-19.

Sepuluh negara Uni Eropa, dari total 27 anggotanya, menghadapi situasi COVID-19 yang memprihatinkan. Dalam penilaian risiko mingguan terbaru, 10 negara itu adalah Belgia, Bulgaria, Kroasia, Republik Ceko, Estonia, Yunani, Hongaria, Belanda, Polandia, dan Slovenia. Menurut European Centre for Disease Prevention and Control, Britania Raya masih menjadi penyalur kasus covid tertinggi di Eropa, yakni 9.301,909 kasus per minggu ke 44 tahun 2021, disusul oleh Rusia (8.834,495), Turki (8.206,375), Perancis (7.203,823), dan Spanyol (5.031,796).

Uni Eropa menyoroti negara-negara yang serapan vaksinasinya rendah, seperti negara yang ber penutur Bahasa Jerman, terutama Austria. Baru-baru ini, Austria berencana untuk menerapkan kebijakan wajib lockdown bagi siapa saja yang belum divaksinasi.

Austria memiliki salah satu tingkat vaksinasi terendah di Eropa barat: hanya sekitar 65 persen dari total populasi yang divaksinasi lengkap. Dalam beberapa pekan terakhir, negara itu menghadapi tren infeksi yang mengkhawatirkan.

Tingkat infeksi tujuh hari mencapai 775,5 kasus baru per 100.000 penduduk. Sebagai perbandingan, angkanya berada di 289 di negara tetangga Jerman, yang akan menjadi kekhawatiran atas peningkatan jumlah tersebut.

Eropa Kembali Menjadi Ancaman Episentrum Covid-19
Data negara dengan penutur Bahasa Jerman menjadi tingkat tertinggi orang yang tidak tervaksinasi di Eropa Barat per 9 November 2021.

Dilansir dari The Straits Times, Eropa kini menjadi pusat pandemik lagi, mendorong sejumlah pemerintah untuk mempertimbangkan kembali kebijakan lockdown menjelang Natal. Eropa menyumbang lebih dari setengah dari rata-rata infeksi sepekan secara global dan sekitar setengah dari kematian terbaru. Angka itu tergolong sebagai yang tertinggi sejak virus corona pertama kali terdeteksi pada April tahun lalu.

Pakar virologi dari Warwick Medical School Inggris, Lawrence Young, mengatakan bahwa Eropa adalah contoh dari kebijakan vaksinasi yang tidak diiringi kepatuhan terhadap protokol kesehatan. Di sisi lain, dia juga menyinggung soal efikasi ketahanan vaksin yang mulai berkurang sejak menerima suntikan kedua.

Salah satu strategi yang hendak diterapkan Uni Eropa adalah pemberian vaksin dosis booster. “Sangat mungkin (wabah) ini membuat UE mengandalkan dosis booster,” kata peneliti kesehatan senior di University of Southampton, Michael Head.

Sekitar 65 persen populasi Wilayah Ekonomi Eropa (EEA) – yang meliputi Uni Eropa, Islandia, Liechtenstein dan Norwegia – telah menerima dua dosis, menurut data UE, tetapi kecepatannya telah melambat dalam beberapa bulan terakhir.

Pemerintah dan perusahaan khawatir pandemi yang berkepanjangan akan menggagalkan pemulihan ekonomi yang rapuh, dan banyak negara mengambil langkah-langkah untuk mengekang penyebaran.

Di Belanda, bar dan restoran akan tutup lebih awal dan acara olahraga akan diadakan tanpa penonton di bawah penguncian parsial selama tiga minggu yang akan menjadi yang pertama di Eropa Barat sejak musim panas.

 

TOLAK VAKSINASI DI BEBERAPA DI NEGARA UE

 Austria, yang memiliki salah satu tingkat vaksinasi terendah di Eropa, minggu ini mencatat jumlah infeksi tertinggi dari seluruh krisis, dengan rata-rata tujuh hari bergulir 9.593 per hari, mengalahkan tertinggi sebelumnya dari tahun lalu 7.464. Jerman per 12 November 2021 menambahkan negara itu ke daftar negara “berisiko tinggi” bersama Rumania, Kroasia, Latvia, Inggris, dan AS.

Jerman sendiri minggu ini juga mencatat insiden infeksi tertinggi sejak awal pandemi, menyoroti fakta bahwa negara itu sekarang berada dalam cengkeraman gelombang keempat. Tingkat kejadian tujuh hari – yang mencapai 263 orang per 100.000 pada hari Jumat, 12 November 2021 – sekarang berada pada rekor tertinggi dalam lima hari berturut-turut.

Salah satu penyebab meningkatnya kasus Covid-19 di Uni Eropa adalah penolakan untuk melakukan vaksinasi. Di Austria, sejumlah orang melakukan demonstrasi di pusat kota Wina dengan tujuan tolak vaksinasi. Pemerintah Austria kewalahan dengan kondisi seperti ini.

Eropa Kembali Menjadi Ancaman Episentrum Covid-19
Demonstrasi Anti Vaksinasi berkumpul di Wina, Austria, 14 November 2021. Photo: APA / AFP

Pemerintah Austria khawatir tentang meningkatnya kematian dan staf rumah sakit hampir tidak mampu menangani masuknya pasien Covid-19 yang terus meningkat.

“Tugas kami sebagai pemerintah Austria untuk melindungi rakyat,” kata Kanselir Alexander Schallenberg kepada wartawan di Wina, Minggu (14 November 2021). “Oleh karena itu kami memutuskan bahwa mulai Senin … akan ada lockdown untuk yang tidak divaksinasi.”

Kanselir Austria, Alexander Schallenberg menunjukkan bahwa sementara tingkat infeksi tujuh hari untuk orang yang divaksinasi telah turun dalam beberapa hari terakhir, tingkat yang sama meningkat dengan cepat untuk yang tidak divaksinasi.

“Tingkat yang tidak divaksinasi lebih dari 1.700, sedangkan yang divaksinasi berada di 383,” kata kanselir.

Badan Obat Eropa yang berada di Amsterdam, para ahli mendesak orang untuk divaksinasi.

“Situasi epidemiologi di Eropa sangat memprihatinkan sekarang karena kita menuju musim dingin dengan peningkatan tingkat infeksi, rawat inap dan kita juga dapat melihat peningkatan kematian,” kata Fergus Sweeney, kepala studi klinis dan gugus tugas manufaktur EMA.

Dia menekankan bahwa “sangat penting bagi setiap orang untuk divaksinasi atau menyelesaikan dosis vaksinasi mereka jika mereka sudah mendapatkan dosis pertama tetapi bukan dosis kedua. Sangat penting bahwa kita semua divaksinasi karena kita tidak semua dilindungi sampai semua orang dilindungi dalam hal itu.”

TINDAKAN EROPA TENGAH DAN TIMUR

Pemerintah Eropa tengah dan timur harus mengambil tindakan drastis. Latvia, salah satu negara yang paling sedikit divaksinasi di UE, telah memberlakukan lockdown empat minggu sejak pertengahan Oktober. Parlemen Latvia memberikan suara pada hari Jumat untuk melarang anggota parlemen yang menolak vaksinasi untuk memberikan suara pada legislatif dan berpartisipasi dalam diskusi. Republik Ceko, Slovakia, dan Rusia juga telah  menyusul memperketat perbatasan.

Vaksin saja bukanlah peluru perak untuk mengalahkan pandemi dalam jangka panjang, kata ahli virologi.

Beberapa menunjuk ke Israel sebagai contoh praktik yang baik: selain inokulasi, itu telah memperkuat pemakaian masker dan memperkenalkan paspor vaksin setelah kasus melonjak beberapa bulan yang lalu.

Langkah-langkah seperti jaga jarak, memakai masker dan melakukan vaksin untuk tempat-tempat dalam ruangan sangat penting, kata Antonella Viola, Profesor Imunologi di Universitas Padua Italia. (mz)

Eropa Kembali Menjadi Ancaman Episentrum Covid-19
Seorang spesialis yang mengenakan alat pelindung diri (APD) menyemprotkan disinfektan saat membersihkan kapel di dalam gedung stasiun kereta api Leningradsky di tengah merebaknya penyakit virus corona (COVID-19). REUTERS/Maxim Shemetov/File Photo

 

Berita Terkait