Ini Penjelasan Seniman Riau Tentang Mural yang Sedang Viral

Kampartrapost.com – Baru baru ini, dunia seni dihebohkan dengan penghapusan mural mirip presiden Indonesia Joko Widodo. Tindakan tersebut diyakini dilakukan oleh oknum-oknum sipil yang ingin mengekspresikan kekecewaannya kepada pemerintah Indonesia.

Kehadiran mural mirip presiden Joko Widodo tersebut menuai banyak pro dan kontra dari berbagai kalangan. Karena ada yang beranggapan tindakan tersebut merupakan tindakan yang secara tidak langsung merendahkan presiden RI KE-7 ini. Namun, di mata masyarakat awam mungkin menganggap mural adalah gambar graffiti biasa yang dilukis di dinding.

Baca juga: Indonesia Punya Taksi Terbang, Ini Wujudnya

Jika dilihat dari sudut pandang seorang seniman, tentunya mural ini memiliki banyak makna. Di negara demokrasi seperti Indonesia, semua kalangan masyarakat memiliki kebebasan dalam menyampaikan aspirasi dan pendapatnya.

Contohnya seperti mural, para seniman menggunakan mural sebagai media dalam menyampaikan pendapatnya. Namun, tindakan penghapusan mural baru baru ini seakan meminta para seniman untuk diam dan tak diberi ruang lagi dalam mengkritik pemerintah

Hal tersebut mendapat perhatian dari seniman lainnya. Seperti seniman dari Riau satu ini.

Dia adalah Aristofani atau biasa disapa Itok, begitulah sapaan yang sering di dengar kepada dirinya. Itok selaku seniman dan tamatan Institut Seni Indonesia Surakarta juga merasakan yang terjadi baru-baru ini. Saat bincang-bincang dengan Kampartrapost beberapa waktu lalu melalui whatsapp.

Baca juga: Miliki Keyboard Jenius Typewise, Akankah Perusaahaan Swiss ini Kalahkan Google?

Dia memberikan sedikit edukasi seputar dunia seni khususnya mural, terutama yang ada di daerah Riau sendiri. Yang mana aktivitas dari mural/graffiti khususnya di Riau juga terbilang cukup aktif. Mural adalah bentuk kebebasan dalam berekspresi dan berpendapat

“Menurut saya di Riau sendiri yah, kegiatan mural bisa dibilang cukup aktif. Terlebih lagi seni mural ini adalah bentuk dari kebebasan berekspresi dan berpendapat di dunia seni,” ungkapnya kepada Kampartrapost, Jum’at (3/9/2021).

Musisi dan penulis ini juga menambahkan bahwa setiap orang bebas dalam menyampaikan pendapatnya baik secara verbal maupun dalam bentuk visual. Kebebasan berpendapat itu selalu dilindungi oleh HAM.

Baca juga: Tuai Banyak Kritik, Appe Uji Coba Fitur Pendeteksi Konten Pelecehan Anak

Sebagian dari kita mungkin mengetahui mural yang baru baru ini dihapus merupakan mural yang memang sering digunakan untuk menyampaikan kritik sosial. Mural ini juga disebut dengan Kary Mural atau mural dalam bentuk street.

Tujuan dari mural tersebut memang untuk menyampaikan kritik kepada pemerintahan negara. Dalam jenis mural yang satu ini memang menjadikan target atau sasaran dalam pembuatannya untuk mengkritik kinerja pemerintah. Merujuk dari tindakan baru baru ini yang menuai kecaman terhadap mural sendiri, secara tidak langsung sudah menemukan sasarannya.

“Jadi kalau dalam dunia seni itu kebanyakan seniman mengutarakan kritikannya dalam bentuk verbal seperti puisi, tarian-tarian dan masih banyak lagi. Nah yang visual ini yah seperti mural tadi, dan jika satu mural sudah dihapus, maka secara otomatis satu pendapat juga sudah dihilangkan,” ungkapnya lagi.

Baca juga: Perwakilan Apple Datang ke Jepang Ingin Bertemu Toyota, Ada Apa Nih?

Itok sendiri berharap kedepannya akan banyak dialog-dialog konstruktif dalam menyikapi penyampaian kritik dari masyarakat dan para seniman. Hal tersebut diharapkan agar hal hal seperti ini tidak terjadi lagi. Sehingga akan ada keterbukaan antara masyarakat terhadap berbagai putusan pemerintah demi mewujudkan pemerataan dalam segala aspek kehidupan dalam masyarakat. (na)

Berita Terkait