Jomblo Juga Umat Rasulullah

Oleh:
Suud Sarim Karimullah
Komunitas Pencinta Gorengan Pak Dumeng

“Menikah adalah sunahku, barang siapa tidak mengamalkan sunahku berarti bukan dari golonganku” (Rasulullah Saw)

Kampartrapost.com – Menjadi seorang jomblo atau disebut juga musafir cinta bukanlah hal yang mudah dan menyenangkan. Karena setiap saat selalu akan menerima hujatan dan cacian dari makhluk sesamanya (non jomblo). Apalagi malam minggu tiba, ketika malam tersebut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan seperti hujan deras, banyak orang yang menganggap bahwa kedatangan hujan pada malam itu adalah hasil doa sang musafir cinta yang dikabulkan oleh Tuhan.

Kemudian ketika malam tersebut, jalanan menjadi macet banyak yang beranggapan bahwa para kaum jomblo berkeliaran dan tidak jelas kemana tujuannya. Para kaum jomblo selalu disalahkan dalam setiap kehidupannya, sebagaimana Iblis yang selalu memberikan dampak negatif terhadap perilaku manusia, padahal para kaum jomblo tidak berbuat demikian. Mereka hanya ingin menikmati kebebasan hidup yang diberikan Tuhan atasnya dan mereka juga ingin mengenal lebih dekat dengan Sang Maha Pencinta yang bersemayam dalam dirinya sendiri.

Terdapat segelintir orang yang beranggapan bahwa para kaum jomblo bukan termasuk bagian dari umat Rasulullah Saw, karena jomblo tidak mengikuti dan berpaling terhadap apa yang dicontohkan dan disunnahkan oleh Rasulullah Saw. Perlu kita ingat! jomblo bukan menolak sunah, akan tetapi mereka masih menunggu waktu yang tepat untuk mengerjakan sunah dengan baik dan maksimal.

Kita mengenal Imam Ibnu Jarir al-Thabari (w. 310 H) yang merupakan seorang ulama besar dalam bidang tafsir dengan karya fenomenalnya, yaitu kitab Jamîûl Bayân ‘ân Wujûh Takwîl Ayil Quran, Imam Az-Zamakhsyâri al-Khawarizmî (w. 538 H) yang merupakan pakar dalam bidang tafsir dan bahasa dengan salah satu karyanya yang terkenal yaitu tafsir al-Kasyyâf, Yahya bin Syaraf an-Nawawi atau yang terkenal dengan sebutan Imam Nawawi (w. 676 H) yang merupakan pakar fikih bermazhab Syafi’i yang memiliki karya Minhâjût Thalibîn Wa ‘Umdatul Muftîn.

Kemudian, Rabi’ah al-Adawiyah al-Bashriyyah (w. 185 H) yang merupakan seorang sufi dari kalangan perempuan yang sangat disegani dalam sejarah Islam, Karimah al-Marwaziyah (w. 463 H) yang merupakan ulama ahli hadis dari kalangan perempuan dengan julukan perempuan pakar hadis (al-Muhaddîsâh), dan Khadijah binti Ahmad al-Raziyah (w. 526 H) yang dijuluki sebagai perempuan ahli ibadah (al-abîdâh), serta ulama-ulama yang lainnya.

Mereka termasuk ulama yang menjomblo dalam hidupnya, bukan mereka tidak tahu tentang sunnah atau membenci sunnah, akan tetapi mereka menyibukkan diri dengan berdakwah, belajar, menulis dan yang lainya sampai wafat dan tidak sempat untuk menikah. Bahkan, Imam Ibnu Taimiyyah (w. 728 H) yang bergelar Syaikhul Islam dan menjadi salah satu ulama besar yang dijadikan rujukan oleh ustaz-ustaz salafi juga tidak sempat untuk menikah semasa hidupnya.

Dengan demikian, jika ada salah satu teman kalian yang masih menjomblo maka perlakukanlah mereka dengan baik karena mereka juga umat Rasulullah Saw. Mereka menjomblo bukan karena tidak laku akan tetapi mereka menjaga kesucian cinta yang murni dan masih menunggu waktu yang tepat kemana cintanya akan berlabuh. Mereka juga selalu berpegang teguh terhadap sabda Rasulullah Saw yang berbunyi:

“Barang siapa yang jatuh cinta, tapi ia menyucikan diri dan menyembunyikannya hingga mati, maka ia syahid”.

Bagi para kaum jomblo tidak usah sedih, risau, dan galau apalagi malu. Ingat! Kalian tidak sendiri.

 

Berita Terkait