Masuknya virus covid-19 ke Indonesia pada awal 2020 menyebabkan semua orang mencari aman dengan berada dirumah saja tanpa terkecuali. Sistem pembelajaran daring pun dimulai. Saat ditetapkanya pembelajaran daring, tentunya banyak siswa yang merasa tidak siap, misalnya siswa yang tinggal di daerah pelosok yang jauh dari jangkauan jaringan.
Semakin lama kesulitan itu kian terasa, siswa yang berada di daerah pelosok harus berjuang untuk mencari sinyal seperti memanjat pohon, berada ditebing tinggi dan mereka harus membawa ganti baju saat mencari sinyal tersebut tujuannya agar ketika hujan mereka dapat mengganti baju mereka kembali, semua itu dilakukan diluar rumah.
Baca juga:
- Tersangka Kasus Penjarahan PT Langgam Harmuni Telah Ditemukan
- Sidang Lanjutan Pelemparan Bom Molotov di Kampar, Terdakwa: “Saya tidak ada niat untuk membunuh korban”
Selain keterbatasan sinyal, mereka juga mengalami kekurangan ekonomi, mengingat para orang tua mereka hanya berpenghasilan kecil maka mereka pun sulit dan keberatan untuk membeli kuota internet, karena sebagian daerah ada yang tidak mendapatkan bantuan kuota internet gratis dari pemerintah.
Inilah salah satu fakta yang terjadi di sebagian daerah yang membuat para siswa tersebut banyak memutuskan tidak lanjut sekolah mereka lebih memilih membantu keluarga untuk bekerja. Sehingga penurunan belajar pun sangat turun dratis di Indonesia. Selain itu bukan hanya kendala jaringan ataupun kuota internet sebagian mereka pun tidak memilki fasilitas yang memadai seperti gawai karena mengingat perekonomian keluarga mereka.
Baca juga:
Solusi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran daring ini, bukan hanya pemberian pulsa atau kuota internet gratis, karena untuk apa pulsa jika sinyal tidak ada? Menurut saya sebaiknya pemerintah dapat membangun BTS (base transceiver station) di daerah yang belum terjangkau sinyal atau di daerah pelosok tersebut sebagai upaya awal dalam mempersiapkan kelancaran pemberlakuan pelajaran daring.