Korea Utara, Kampartrapost.com – Diplomat No 2 Amerika Serikat mengatakan simpatinya kepada warga Korea Utara yang hadapi kesulitan dan kekurangan makanan pada hari Jumat lalu. Dengan pandemi Covid-19 yang kian meningkat di Korea Utara dan seruan baru agar negara itu menghentikan program nuklirnya.
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-Un baru-baru ini juga memperingatkan tentang situasi pangan yang berada pada fase krisis. Ia juga mengakui jika negaranya tengah mengalami krisis terburuk yang pernah ada sepanjang pemerintahannya.
Baca juga: Mahasiswa UMM Buat Alat Untuk Atasi Illegal Fishing
Akan tetapi pemerintah Korea Utara dengan tegas bersikeras jika mereka tidak akan bergabung dalam pembicaraan kecuali Washington menghentikan permusuhannya.
“Kami semua merasakan bagaimana perasaan rakyat Korea Utara, mereka sedang menghadapi cobaan paling sulit karena adanya pandemi ini dan ini juga tentang ketahanan pangan mereka yang semakin menipis.“ Kata Wakil menteri luar negeri Amerika Serikat, Wendy Sherman kepada wartawan di Seoul.
“Kami hanya berharap untuk hasil yang lebih baik lagi bagi rakyat Korea Utara.“ Katanya.
Sherman mengatakan setelah bertemu dengan pejabat Korea Selatan, keduanya menegaskan kembali bahwa mereka akan melanjutkan upaya diplomatik untuk meyakinkan Korea Utara untuk kembali ke pembicaraan nuklir.
Baca juga: Tajikistan Gelar Latihan Militer Terbesar di Tengah Kemajuan Taliban
“Kami menantikan cara yang solutif, dapat diprediksi dan konstruktif kepada Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK).“ Kata Sherman. “Kami menantikan untuk duduk dan berdialog dengan Korea Utara dan kami sedang menunggu kabar dari mereka.“
Bersama dengan Sherman, Choi Jong-Kun, wakil menteri luar negeri Korea Selatan mengatakan, “kami akan menunggu tanggapan Korea Utara dengan sabar mengingat kembali jika sekarang dalam periode virus corona.“
Beberapa ahli mengatakan Korea Utara mungkin terpaksa menjangkau Amerika Serikat jika krisis ekonomi yang melanda negara tersebut kian memburuk. Kelompok pemantau luar belum melaporkan adanya tanda-tanda kelaparan massal atau kekacauan sosial di Korea Utara.
Dalam pidato terbarunya, Kim Jong-Un telah menyerukan 26 juta orangnya bersiap untuk menghadapi pandemic Covid-19 yang berkepanjangan. Negara itu juha menunjukkan jika mereka belum siap membuka perbatasannya meskipun ada korban besar pada perekonomiannya.