Lakukan Serangan Siber, AS dan Inggris Tuduh Rusia Targetkan Ukraina

Amerika Serikat, Kampartrapost.com – Pada Jumat (18/2/2022) AS menyalahkan Rusia atas serangan siber yang menargetkan kementrian pertahanan Ukraina dan bank besar.

AS telah memperingatkan bahwa potensi serangan siber ini akan lebih signifikan di hari-hari mendatang.

Melansir The Associated Press, Anne Neuberger, wakil penasehat keamanan nasional Biden mengatakan jika AS telah mengaitkan ini dengan serangan pada Selasa lalu.

Inggris bergabung dengan AS dalam menyalahkan badan intelijen militer GRU atas serangan penolakan layanan terdistribusi yang terjadi ketika ketegangan meningkat antara Rusia dan Ukraina.

Baca juga: Rusia akan Gelar Latihan Nuklir Meskipun Sedang Bersitegang dengan Ukraina

Serangan itu, yang membuat situs web pemerintah dan beberapa bank besar offline hampir satu hari penuh. Akan tetapi ini tidak berjalan lama karena Ukraina dapat memulihkannya dengan cepat.

Tapi Neuberger mengatakan Rusia juga bisa melakukan gangguan lebih besar yang bisa menyertai invasi ke Ukraina.

“Kami berharap bahwa jika Rusia memutuskan untuk melanjutkan invasi lebih lanjut ke Ukraina, kami mungkin melihat aktivitas dunia maya yang lebih tidak stabil atau merusak,” kata Neuberger.

“Kami telah bekerja sama dengan sekutu dan mitra untuk memastikan kami siap untuk menyerukan perilaku itu dan merespons,” lanjutnya.

Baca juga: Viral Caption ‘Yakarta’ Marc Marquez Jadi Sorotan Netizen, Begini Faktanya

Kantor Luar Negeri Inggris mengatakan serangan itu menunjukkan pengabaian yang berkelanjutan terhadap kedaulatan Ukraina.

Serangan siber ini merupakan contoh lain dari tindakan agresif Rusia terhadap Ukraina.

Pejabat Ukraina menyebut serangan denial-of-service hari Selasa yang terburuk dalam sejarah negara itu.

Akan tetapi sementara mereka benar-benar mengganggu perbankan online. Ini juga menghambat beberapa komunikasi pemerintah-ke-publik dan jelas dimaksudkan untuk menimbulkan kepanikan.

Mereka tidak terlalu serius melakukan serangan siber menurut standar global atau historis, kata Roland Dobbins, insinyur top untuk DDoS di perusahaan keamanan siber Netscout.

Baca juga: Tingkatkan Struktur Organisasi, Kapolri akan Tambah Jumlah Pasukan Personel Densus 88

Berita Terkait