Pegida, Organisasi Anti-Islam di Jerman, Resmi Ditetapkan sebagai Kelompok ‘Ekstremis’ oleh Pemerintah Setempat

JERMAN, KAMPARTRAPOST.COM – Dinas keamanan Jerman di negara bagian timur Saxony secara resmi menetapkan organisasi anti-Islam dan anti-imigran yang bernama Pegida sebagai organisasi ekstremis pada Jum’at (07/04/2021).

Organisasi yang menjunjung prinsip “Bangsa Eropa Patriotik Melawan Islamisasi Barat” ini dianggap sebagai organisasi ekstremis di tempat kelahiran nya sendiri, yakni negara bagian Saxony, Jerman.

Baca juga: IPRY-KK Adakan Buka Bersama

Organisasi ini pertama kali muncul pada Oktober 2014, di tengah banyaknya para imigran dari Timur Tengah dan Afrika Utara memasuki Eropa. Mereka menjadi pihak yang menentang keras keterbukaan pemerintah Jerman untuk menerima para pengungsi tersebut.

Organisasi ini menempatkan dirinya sebagai gerakan yang menentang apa yang mereka sebut sebagai Islamisasi Eropa. Mereka percaya bahwasanya para imigran tersebut akan meng-islamisasi Eropa nantinya.

Keberadaan mereka dikenal luas karena demonstrasi besar-besaran yang mereka gelar untuk menunjukkan ketidakpuasannya dengan kebijakan “pintu terbuka” dari Kanselir Jerman Angela Merkel.

Cabang regional dari Kantor Federal untuk Perlindungan Konstitusi (BfV), sebuah keamanan layanan yang bertugas memerangi ekstremisme, menyebutkan bahwa organisasi tersebut selama bertahun-tahun mengkesampingkan akar ‘keberagaman’ dan ‘tuntutan moderat’.  

Sebaliknya, mereka menerapkan pola pikir yang “semakin radikal dan akhirnya (menjadi) ekstremis”.

Baca juga: Pemberlakuan Jam Malam, Warga Kampar Tak Boleh Keluar Rumah di atas Jam 22.00

Dikutip dari RT.com, Dinas Keamanan Jerman menyebutkan bahwa ekstremis sayap kanan terbukti memiliki pengaruh signifikan, dimana mereka mereka menjadi penyelenggara, pembicara, dan manajer dari setiap acara Pegida dalam beberapa tahun terakhir.

Kantor Federal untuk Perlindungan Konstitusi (BfV) juga menyebutkan bahwa Pegida mulai memiliki pandangan yang secara langsung bertentangan dengan hukum dasar Jerman, sehingga gerakan itu secara tidak langsung menolak supremasi hukum dan peran parlemen.

Baca juga: Ustadz Faisal Berikan Ceramah pada Malam ke 25 Ramadhan

Dengan menyediakan platform kepada berbagai ekstrimis sayap kanan, Pegida juga berperan sebagai jembatan antara kelompok sayap kanan dan masyarakat biasa, ujar kepala cabang regional BfV di Saxony, Dirk-Martin Christian, dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari RT.com.

“Penetrasi gagasan ekstremis sayap kanan yang semakin dalam ke dalam inti masyarakat [kita] merupakan ancaman serius bagi tatanan sosial kita yang bebas dan demokratis dalam jangka panjang,” lanjutnya.

Semakin hari, Gerakan Pegida menjadi semakin tidak terlihat. Meskipun begitu, organisasi ini tampaknya bergerak melebarkan sayap ke luar Jerman, mengingat bahwa pendukung Pegida sesekali berusaha untuk mengadakan aksi unjuk rasa di berbagai negara, termasuk Norwegia, Denmark, Spanyol, Swiss, dan Belgia.

Baca juga: Indonesia Dukung Penghapusan Hak Paten Covid-19

Berita Terkait