Polisi Israel Serbu Masjid Al-Aqsa, Usir Warga Palestina Saat Sholat Dhuhur

Kampartrapost.com – Minggu, (18/7) Menurut media Palestina, warga Palestina mengecam tindakan Polisi Israel yang menyerbu Masjid Al-aqsa. Mereka tidak hanya menyerbu Masjid Al-Aqsa, tetapi juga menyemprotkan gas air mata dan peluru baja berlapis karet kepada jamaah yang sedang menunaikan ibadah sholat Zuhur di Masjid Al-Aqsa Yerussalem.

Melansir dari Aljazeera English, tidak ada korban jiwa dalam insiden ini. Namun, otoritas Palestina yang mengatur bagian-bagian yang diduduki Israel mengatakan jika Pemerintah Israel bertanggung jawab penuh atas penyerangan yang terjadi di Masjid Al-Aqsa Yerussalem.

Palestina menyebut jika tindakan penyerbuan ini merupakan provokatif dan ancaman serius terhadap keamanan dan stabilitas warga Palestina.

Baca juga: Arab Saudi Menghapus Persyaratan Wali Pria bagi Wanita yang Berhaji

Namun, pada dini hari, polisi Israel mengatakan jika para pemuda Palestine memulai penyerangan terlebih dahulu, dengan melemparkan batu ke lapangan terbuka Temple Mount kea rah Polisi Israel yang sedang membubarkan mereka.

Masjid Al-Aqsa merupakan tempat ibadah suci umat islam, sedangkan orang Yahudi mengatakan tempat itu sebagai Temple Mount.

Peristiwa penyerangan ini terjadi dua hari sebelum hari raya Idul Adha yang akan di rayakan oleh umat Islam dan menjelang ibadah haji terlaksana.

Hamas, kelompok yang menguasai jalur Gaza, meminta agar warga Palestina tetap berada di Yerussalem sampai hari raya Idul Adha Tiba.

Wakaf Islam Yordania, yang mengelola Masjid Al-Aqsa mengecam tindakan penyerangan oleh Polisi Israel. Dalam sebuah situs resmi Palestina, Wafa mengatakan jika Israel melakukan penyerangan ini dengan tujuan perang agama.

Baca juga: Toko-toko di Arab Saudi Tetap Buka Meskipun Waktu Sholat Tiba

“Tindakan Israel menyerang Masjid dikutuk dan dikecam. Hal itu merupakan tindakan pelanggaran hukum terhadap status Masjid Al-Aqsa sebagai tempat bersejarah. Hukum internasional dimana Israel juga ikut melindungi kewajiban mereka sebagai penduduk Yerussalem Timur,“ kata juru bicara kementrian luar negeri Yordania, Daifallah Ak-Fayez dalam sebuah situs resmi pada hari Minggu (18/7).

Menurut peraturan tidak tertulis pada era Ottoman yang diawasi oleh Wakaf, Muslim diizinkan untuk melakukan ibadah di Masjid Al-Aqsa sedangkan non-muslim hanya diizinkan masuk sebagai turis.

Delegasi Uni Eropa yang dalam cuitan di twitternya, mengatakan bahwa mereka khawatir akan insiden yang terjadi pada hari ini dan mendesak pihak manapun agar tidak menghasut untuk melakukan penyerangan kembali.

Ia juga menyerukan agar tetap menghormati situs bersejarah tersebut dan mendesak pemimpin Israel, agama dan masyarakat agar menenagkan situasi ini.

Setelah insiden tersebut terjadi, perdana menteri Israel, Naftali Bennet, dalam sebuah situs resmi mengatakan jika masyarakat Yahudi tetap melanjutkan kunjungannya pada Masjid Al-Aqsa dengan tertib.

Baca juga: Media Asing Soroti Indonesia Jadi Episentrum Covid-19 Dunia

Ia juga mengatakan, setelah kecaman yang dilakukan warga Palestina, Bennet menegaskan bahwa kebebasan beribadah di Temple Mount atau Masjid Al-Aqsa akan sepenuhnya diberikan kepada umat Islam juga, yang merujuk pada perayaan hari besar Islam Idul Adha.

Pada hari Minggu juga merupakan perayaan bagi umat Yahudi, Tisha B’Av, yang biasanya dilakukan kunjungan oleh warga Israel ke tempat suci.

Media Israel mengatakan jika lebih dari seribu warga Israel berjalan melalui alun-alun Yerussalem. Namun juru bicara kelompok Yahudi juga mengatakan jika lebih dari seribu peziarahnya juga menuju tempat suci pada hari Minggu kemarin.

Sebagian besar peziarah tersebut adalah orang Yahudi yang religius dan beberapa juga terdiri dari anak-anak yang dikawal ketat oleh polisi untuk merayakan puasa Tisha B’Av.

Dua tahun lalu, ketika perayaan hari raya Idul Adha, ribuan rakyat Palestina terluka karena serangan dari Paukan Israel dan tujuh diantaranya ditangkap oleh passukan Israel.

Serangan udara yang dilakukan oleh pasukan Israel di Gaza setidaknya menewaskan 256 warga Palestina, termasuk 66 diantaranya adalah anak-anak. Serangan yang dilakukan oleh Palestina juga sedikitnya menewaskan 12 warga Israel, dua diantaranya adalah ana-anak. Peristiwa ini berakhir setelah adanya genjatan senjata diantara kedua belah pihak yang ditengahi secara internasional.

Berita Terkait