Pekanbaru, Kampartrapost.com – Sudah hampir 2 tahun Indonesia berada dalam keadaan pandemi covid-19. Berbagai kegiatan masyarakat terutama dari bidang perekonomian dan pendidikan mengalami kemerosotan.
Pengaruh yang signifikan sangat jelas terlihat di dunia pendidikan. Dimana dunia pendidikan mengalami kemunduran dalam kurun waktu 2 tahun ini. Disebabkan pandemi yang tak kunjung membaik, pemerintahpun mengeluarkan berbagai solusi untuk meredakan pandemi agar pendidikan kembali berjalan dengan normal.
Seperti gerakan-gerakan untuk menerapkan protokol kesehatan yang dilakukan di setiap satuan pendidikan. Seperti gerakan 3M yaitu menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun dan memakai masker.
Baca juga: Kebakaran di Kumantan Hanguskan Satu Unit Rumah
Selama hampir 2 tahun ini gerakan 3M seakan akan sudah menjadi kebutuhan pokok kedua bagi masyarakat. Protokol kesehatan ini bisa kita lihat disetiap tempat yang ada disekitar kita. Juga direkomendasikan untuk syarat dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar disekolah.
Namun selama pandemi proses belajarpun dilakukan dengan metode dalam jaringan (daring). Metode daring dengan jargon kementerian pendidikan sebagai program merdeka belajar diterapkan hampir untuk semua satuan pendidikan.
Metode daring atau sering kita dengar dengan pembelajaran jarak jauh menerima banyak keluhan dari pihak orangtua dan siswa. Yang mana mereka mengeluhkan metode ini kurang efektif untuk menunjang potensi anak dan terbilang membuat anak-anak jenuh.
Baca juga: Sungai Hijau; Objek Wisata Sungai Termasyhur di Kampar
Melihat banyaknya keluhan tersebut, pemerintahpun memberanikan diri untuk mendukung proses pembelajaran tatap muka secara terbatas. Usulan tersebut mendapatkan respon yang baik dari masyarakat.
Dicanangkan bahwa pembelajaran tatap muka terbatas ini akan segera dilaksanakan oleh hampir semua satuan pendidikan dengan syarat-syarat tertentu.
Rudy Hermawan selaku kepala sekolah di salah satu SMK di Pekanbaru menyebutkan bahwa ia juga sangat mendukung rancangan pemerintah satu ini. Mengingat pembelajaran daring yang tidak efektif untuk mendukung kompetensi siswa.
Baca juga: LPEM FEB UI: Risiko Ekonomi dari Kebijakan Biodiesel yang Progresif
“Ya, beberapa waktu lalu kami juga mendengar bahwa pemerintah akan merencanakan proses pembelajaran tatap muka terbatas ya. Saya pribadi sangat mendukung hal itu karna melihat metode daring selama ini memang kurang efektif, jadi kami sebagai pengajar bisa sedikit lega dengan rencana pemerintah satu ini dan kami juga mendukung,” katanya kepada kampartrapost.
Rudi juga berharap bahwa nantinya rencana ini terlaksana dengan baik dan lancar. Sehingga kedepannya pembelajaran tatap muka tidak hanya dapat dilaksanakan secara terbatas, namun bisa dilaksanakan secara normal dan sepenuhnya.
Tentunya dengan tidak meninggalkan penerapan protokol kesehatan dan tetap mematuhinya. Guna kelancaran proses belajar mengajar lingkungan sekolah. (na)