Sulitnya Mendapat “Green Pass” Bagi Mahasiswa Asing di Italia

Italia, Kampartrapost.com – Italia saat ini mengharuskan seluruh masyarakat yang tinggal di Italia menunjukkan Green Pass agar bisa memasuki tempat umum. Namun, bagi mahasiswa asing mendapatkan Green Pass ini bukanlah hal mudah.

Seperti halnya dengan Nur Lita Atfal, Mahasiswi asal Kampar yang saat ini berkuliah di Sapienza University of Rome, Italia.

“Saya sebenarnya sudah pernah vaksin dua kali di Indonesia. Namun, tampaknya di sini vaksin Sinovac tidak berlaku,” kata Lita saat dihubungi wartawan Kampartra Post via Telepon WhatsApp pada Kamis (19/8/21).

Memang Eropa hanya menyetujui empat vaksin yang digunakan secara resmi di negara-negara Eropa yakni Pfizer-BioNTech, Moderna, AstraZeneca, dan Johnson & Johnson.

Baca juga: Sebut Twitter Berafilasi Dengan Negara, Presiden Serbia : Saya Trump di Dunia Lain

Lita mengatakan jika nantinya kartu vaksinasi Sinovac-nya tidak berlaku, maka ia akan konsultasi terlebih dahulu mengenai vaksinasi ini. Mengingat ia sudah melakukan dua dosis vaksin Sinovac saat di Indonesia.

“Untuk prosedur pembuatan vaksin untuk orang asing seperti saya itu sangat sulit. Contohnya kemarin teman saya sudah vaksin pake Johnson & Johnson itu udah cukup lama, tapi sampai saat ini dia belum dapet Green Pass. Ya, mungkin ada kemungkinan buat lakuin vaksin lagi,” tutur Lita.

Kesulitan mendapat Green Pass bagi orang asing ini cukup menyulitkan apalagi mahasiswa asing. Mereka harus menggunakan Green Pass ketika pergi ke tempat umum seperti bioskop, restoran dan sebagainya. Meskipun ketika naik bus atau kereta tidak perlu menunjukkan kartu Green Pass hanya perlu menerapkan protokol kesehatan.

Baca juga: Afghanistan Chaos, Begini Pengungsi Setelah Mendarat di Jerman

“Sejauh ini, kalau kita mau kemana-mana tentunya butuh Green Pass. Tapi kalau di bus ataupun kereta kita hanya perlu mematuhi protokol kesehatan saat di dalam bus. Seperti menggunakan masker, jaga jarak dan handsanitizer,” tambah Lita.

Secara keseluruhan kondisi di Roma Italia ada 17.717 kasus positif di Lazio. Diantaranya 524 orang dirawat di rumah sakit, 64 lainnya telah mendapatkan perawatan intensif dan 17.129 saat ini tengah melakukan isolasi mandiri di rumah.

Lita menggambarkan kondisi Roma saat ini tidak terlalu menghawatirkan. Seperti ketika pergi ke tempat umum, pemandangan baru memasuki penglihatan kita. Semua orang telah melepas maskernya ketika beraktifitas. Akan tetapi ketika menaiki transportasi umum tetap harus memperhatikan protokol kesehatan.

“Kalo di sini udah ga seketat Indonesia. Di sini lebih sedikit bebas, kayak ketika kita pergi jalan-jalan ke tempat umum. Kita udah ga perlu pake masker lagi. Kecuali ke tempat wisata dan naik bus,” kata Lita.

Sejauh ini di Roma Italia masih belum memberlakukan pemeriksaan secara ketat terhadap Green Pass. Seperti di stasiun bus maupun kereta. Cukup memakai masker dan menerapkan protokol kesehatan maka kita boleh melakukan mobilitas menggunakan bus.

Ia mengatakan jika selama pandemi ini berlangsung, beberapa kali pemerintah KBRI Italia memberikan bantuan kepada mahasiswa Indonesia yang ada di Roma Italia. Mereka memberikan sejumlah sembako, vitamin, masker dan hansanitizer.

KBRI Italia menyalurkan bantuan-bantuan ini kepada warga Indonesia melalui pertemuan singkat khusus untuk memeberikan bantuan.

“Sejauh yang saya tahu, teman saya yang sudah menetap lama di Roma Itlia mendapatkan beberapa bantuan dari KBRI Italia. Bantuan itu berupa sembako,” kata Lita.

Selain bantuan dari KBRI, pemerintah Italia sendiri juga telah memberikan bantuan kepada mahasiswa asing.

“Kalau dari pemerintah Italia. Kami dapat bantuan darurat Covid-19 namanya REM,” kata Lita.

Ia mengatakan jika pemerintah Italia memberikan bantuan khususnya pada student asing. Ia memberi contoh jika bantuan yang mereka terima dari pemerintah Italia sekitar 400 euro atau Rp6.764.439,37.

“Pemerintah memberikan kami bantuan sebesar 400 euro. Itu sangat berguna bagi kami yang berada jauh dari negara sendiri,” tukas Lita.

Baca juga: Penemuan arkeologi situs Gobekli Tepe di Turki,‘menulis ulang’ kisah peradaban manusia

Berita Terkait