Kampartrapost.com – Pernyataan pria dengan ininsial MS yang adalah seorang pegawai di Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) baru-baru ini viral di media sosial.
Melalui pesan pada Rabu (1/9/2021), MS ungkap segala tindakan buruk yang ia alami selama bekerja di KPI Pusat.
Kejadian bermula pada tahun 2012. Selama 2 tahun ia dirundung dengan harus membelikan makanan untuk rekannya yang sudah senior.
Tak sampai disitu, tahun 2015 jadi tahun paling berat yang ubah drastis hidup MS.
Beberapa pegawai KPI melecehkan MS dengan melepas baju. Selepas itu buah zakarnya dicoret menggunakan spidol.
Setelah mental MS sudah rusak dengan mendapatkan tindakan bejat itu, buah zakarnya difoto yang sampai saat ini ia tak tahu diapakan foto tersebut.
Baca juga: Kabar Baik! Zona Merah Covid-19 DKI Jakarta Hanya Tinggal 1 RT
Kejadian itu sontak ubah kehidupan MS, terutama dari segi mental. Ia dapat trauma dan pergi ke psikiater karena efek psikologis pada diri kepala keluarga itu.
Di tahun 2017 MS memberanikan diri untuk lapor tentang perlakuan tak pantas yang ia dapat dari rekan-rekannya sesama pegawai di KPI pada Komnas HAM lewat email.
Menemukan sedikit titik terang, Komnas HAM sarankan MS untuk buat laporan kepolisian untuk penanganan lebih lanjut.
Sepanjang tahun 2018 MS habiskan lebih banyak waktu waktu di Mushola karena tak kuat dapat tindakan bully.
Ia juga kerap pulang ke rumah pada jam kerja untuk hindari tindakan-tindakan yang sudah merusak mentalnya itu.
Sedikit saja tak tampak empati dari diri pelaku. Mereka fitnah MS bolos kerja karena sering tak berada di kantor.
Baca juga: Tuai Banyak Kritik, Apple Uji Coba Fitur Pendeteksi Konten Pelecehan Anak
Padahal itu semua adalah karena perbuatan para pelaku pada MS.
Sering sakit dan rasa tak betah mendorong MS melapor ke Polsek Gambir untuk buat laporan polisi.
Tak sesuai harapan, pihak polisi malah menyuruh MS untuk mengadukan permasalahan tersebut ke atasan, dan suruh internal kantor untuk menyelesaikannya.
Usai lapor para pelaku pada bos, akhirnya MS dapat pindah ke tempat lain yang di sana umum anggap mereka orang-orang lembut dan tak kasar.
Pelaku tetap rundung MS bahkan setelah ia pindah. Mereka anggap MS manusia lemah dan pengadu.
MS akui tak kuat lagi untuk bekerja di tempat ia alami semua trauma berat itu. Namun ia harus bertahan karena ada keluarga untuk dinafkahi dan tak ingin tambah jumlah pengangguran di Indonesia.
Baca juga: IDI Enrekang: Dokter Sebut Pasien COVID Tak Pernah Ada Bertentangan Profesi
Usai diskusi dengan temannya yang adalah seorang pengacara aktivis LSM, MS mulai berani untuk bagi kisahnya ke publik.
Para pelaku yang terlibat dalam kasus perundungan MS adalah:
- Rachmat Muslim (Divisi Humas bagian Protokol di KPI Pusat).
- Taufik Setiaji dan Said Gozali (Divisi Visual Data).
- Febri Pratomo (Divisi Visual Data).
- Eries Oktavistanus (Divisi Visual Data).
- Cahyo Legowo (Divisi Humas bagian Desain Grafis).
- Teguh Kadarisman (Divisi Visual Data).
Ia harap dengan penyataan yang sudah dikeluarkan, para pelaku akan dapat sanksi atas perbuatan keji yang sudah mereka lakukan itu.