Kampartrapost.com – Pembelajaran Tatap Muka (PTM) sudah mulai digelar pada sejumlah sekolah di Indonesia. Berkat jumlah kasus yang makin turun serta protokol kesehatan yang penerapannya semakin baik, jadi alasan kebijakan itu dapat ditetapkan.
Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan sebut bahwa sistem yang Kemendikbud dan Kemenkes bangun saat ini sudah bagus.
Meski ada tantangan jika kembali sekolah secara offline setelah sekian lama, Luhut akui lebih ngeri jika generasi yang akan datang jadi tak berpendidikan.
Mengingat sistem belajar online kurang efektif karena pembelajaran yang serba terbatas.
Baca juga: Cegah Kriminalisasi Masjid, Ketua DMI Jusuf Kalla Minta Pengurus agar Lebih Waspada
“Bahwa ada tantangan di sana-sini, yes, tapi kita lebih takut dan ngeri lagi kalau generasi yang akan datang menjadi tidak berpendidikan dan menjadi bodoh,” ungkap Luhut.
Beragam resiko pada sistem PTM tampak searah dengan sebab yang akan timbul jika sekolah tak kunjung aktif.
Di sisi lain, Kementrian Kesehatan sebut akan ubah strategi dalam rangka hadapi penularan Covid-19.
Surveilans yang pada mulanya adalah passive case finding akan jadi active case finding.
Baca juga: Anti Mager Mager Club, Ini dia Solusi supaya Produktif bagi Kawula Muda
Tes PCR secara aktif akan jalan pada tiap sekolah yang gelar sistem PTM.
Total positivity rate per sekolah juga akan jadi penentu dalam perizinan.
Jadi syarat apakah sekolah boleh kembali belajar di luar jaringan atau lanjut secara online.
Jika 1% dari orang yang ada di sekolah positif Covid-19, PTM dapat tetap berjalan.
Baca juga: Kursi Erick Thohir Bakal Diduduki Perempuan Muda
Tapi dengan syarat orang yang kontak erat dengan pasien karantina mandiri di rumah.
Namun jika 1% hingga 5% orang yang kena papar, seluruh anggota mulai dari murid hingga guru di sekolah harus tes dan karantina.
Bagi kelas yang tak kena papar, dapat tetap lanjut melaksanakan PTM.