Tan Malaka: Sang Revolusioner yang Menjomlo

Oleh:

Suud Sarim Karimullah

Mahasiswa Pascasarjana Gümüşhane Üniversitesi, Turki

“Barang siapa yang menghendaki kemerdekaan buat umum, maka ia harus bersedia dan ikhlas untuk menderita kehilangan kemerdekaan dirinya sendiri” (Tan Malaka)

Kampartrapost.com – Siapa yang tidak mengenal sosok pria dengan nama asli Sutan Ibrahim dengan gelar Datoek Tan Malaka yang terkenal dengan sebutan Tan Malaka. Ia adalah seorang pria kelahiran Gunuang Omeh, Sumatera Barat yang merupakan pahlawan perjuangan kemerdekaan Indonesia dan pendiri Partai Murba. Pemikiran Tan Malaka sering kali dikaji di beberapa forum diskusi baik dalam ruang kelas di kampus-kampus ataupun di kafe-kafe dan warung kopi oleh para akademisi, mahasiswa dan aktivis jalanan.

Pemikiran Tan Malaka mengenai politik murbaismenya merupakan keinginan beliau untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat Indonesia baru yang sosialis dengan berlandaskan pada kerakyatan tanpa menafikan adanya kepercayaan terhadap Tuhan. Kata Murba sendiri diambil dari cerita-cerita Ken Arok pada zaman Singosari yang mempunyai arti “Rakjat Djelata” atau yang lebih dikenal dengan singkatan dari “Musyawarah Rakyat Banyak”.

Pemikiran Tan Malaka banyak bertolak belakang dengan pemikiran Soekarno mengenai perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia bahkan Tan Malaka menolak sistem perlementer, karena menurutnya sistem tersebut pada dasarnya merupakan sistem kolonialisme yang tidak memungkinkan bagi masyarakat pribumi asli Indonesia untuk duduk di dalam perlemen. Bahkan Tan Malaka menolak diplomasi dengan para penjajah karena sistem perundingan juga merugikan bagi bangsa Indonesia sendiri. Sebagaimana perkataan Tan Malaka

“Kalau ada maling masuk ke rumahmu, usirlah dia! Kalau perlu pukul. Jangan ajak dia berunding!”. 

Pada konsepsi pemikiran tentang kemerdekaan Indonesia yang di usungkan oleh Tan Malaka bisa dibaca dalam buku yang berjudul “Naar De Republiek Indonesia”. Tan Malaka memiliki kepercayaan bahwa sebuah kemerdekaan bisa didapatkan dengan cara melakukan perlawanan terhadap para penjajah tanpa melalui proses perundingan. Perundingan hanya dapat dilakukan setelah ada sebuah pengakuan terhadap kemerdekaan Indonesia secara utuh dari Belanda dan para sekutunya.

Tidak hanya mengenai pemikiran yang bertolak belakang dengan Soekarno, akan tetapi kehidupan pribadi Tan Malaka juga berbeda dengan kehidupan Soekarno. Kalau Soekarno dikenal dengan banyak memiliki istri maka hal demikian berbeda dengan Tan Malaka yang tidak memiliki istri alias menjomlo semasa hidupnya. Meskipun Tan Malaka tidak pernah menikah bukan berarti tidak normal atau tidak punya ketertarikan terhadap lawan jenisnya.

Baca juga: Jomblo Juga Umat Rasulullah

Dalam buku karya Masykur Arif Rahman yang berjudul “Tan Malaka: Pahlawan Besar yang Dilupakan Sejarah” mengatakan bahwa pada umur 16 tahun, Tan Malaka sempat ditawari untuk dijodohkan dengan seorang gadis yang merupakan pilihan keluarganya, akan tetapi ia menolak perjodohan tersebut karena ia sudah jatuh cinta pada Syarifah Nawawi yang merupakan pejuang dan tokoh pendidikan Indonesia dari Minang serta salah satu pendiri Yayasan Panti Wanita Trisula PERWARI pada tahun 1955. Meskipun pada kenyataannya, cintanya pada Syarifah hanya bertepuk sebelah tangan sebab Syarifah dilamar oleh seorang Bupati Cianjur, yaitu RAA Wiranatakusumah. Bahkan surat-surat yang ditulis oleh Tan Malaka kepada Syarifah tidak ada satupun yang dibalas olehnya.

Tan Malaka juga pernah dekat dengan Paramitha `Jo’ Abdurrachman dan menjalin hubungan asmara dengannya. Bahkan di luar negeri Tan Malaka banyak dekat dengan sejumlah perempuan akan tetapi tidak sampai untuk menikahinya, karena beberapa alasan antara lain mengenai keselamatan hidupnya. Selain itu, Tan Malaka tidak menikah dikarenakan perhatiannya yang begitu besar dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Tan Malaka: Sang Revolusioner yang Menjomlo

Terdapat penjelasan dalam buku yang ditulis oleh Harry A Poeze dengan judul “Tan Malaka: Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia” menyatakan bahwa Tan Malaka tidak menikah sebab pernikahan akan menghambat terhadap perjuangan untuk memerdekakan Indonesia. Tan Malaka tidak pernah membahas mengenai perempuan dalam makna seksual dan ia juga sangat begitu menghormati terhadap perempuan. menjomlo

Mungkin begitulah kehidupan seorang revolusioner yang lebih mementingkan kehidupan orang banyak dibandingkan kehidupan pribadinya. Jadi kalau misalnya ada teman kalian masih menjomlo dalam hidupnya dan tidak sempat untuk menikah maka jangan di bully, mungkin ia masih ingin memperbaiki diri untuk lebih baik lagi atau ia masih mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingannya sendiri atau ia punya cita-cita untuk menyelamatkan bumi dari serangan negara api sebelum ia menikah. menjomlo

Berita Terkait