Turki, Kampartrapost.com – Sedikitnya sembilan orang tewas di Turki Utara setelah hujan lebat memicu banjir parah dan tanah longsor di pantai Laut Hitam.
Satu orang lainnya masih dalam pencarian. Manajemen Kepresidenan Bencana dan Darurat mengatakan jika satu orang lainnya hilang di provinsi Bartin pada hari Kamis (12/8/2021).
Banjir bandang yang melanda provinsi pesisir Bartin, Kastamonu, Sinop dan Samsun pada hari Rabu lalu. Hal ini telah menghancurkan rumah, memuruskan jembatan dan juga melahap habis mobil. Beberapa helikopter juga datang membantu untuk menyelamatkan warga yang masih terdampar di atap.
Manajemen kepresidenan Bemcana dan Darurat (AFAD) telah mengkonfirmasi bahwa tim penyelamat telah menemukan mayat setidaknya sembilan korban di Kastomonu yang menjadi wilayah paling parah terkena dampak. Dimana satu bangunan di Kota Bozkurt runtuh. Dan masih banyak negara yang terkena dampak tanpa aliran listrik dan jalan desa terblokir.
Baca juga: Parlemen Polandia Sahkan RUU Reformasi Media, AS: Ini Akan Membungkam Kebebasan Media
Di Provinsi Bartin, setidaknya ada 13 orang terluka ketika sebuah jembatan ambruk. Helikopter keselamatan Turki telah mengangkat 80 orang ke tempat aman di wilayah tersebut, kata militer.
“Ini adalah bencana yang belum kita lihat sebelumnya selama 50 atau 100 tahun, mungkin,” kata Menteri Pertanian dan Kehutanan, Bekir Pakdemirli. “saat ini kami telah mencatat rekoe curah hujan di beberapa wilayah.”
Namun, secara umum kita tahu bahwa Laut Hitam di Turki memang sering mengalami hujan dengan curah yang tinggi dan sering terjadi banjir bandang.
Bencana lain juga melanda pada saat bersamaan di wilayah Barat daya Turki. Kebakaran hutan di provinsi Mugla juga cukup memprihatinkan. Petugas pemadam kebakaran masih kesulitan memadamkan api. Provinsi Mugla termasuk kedalam daerah populer yang banyak turis berkunjung di sepanjang laut Aegea
Kobaran api di Turki baru bisa dikendalikan pada hari Kamis. Salah satudari lebih 2.000 kasus kebakaran yang terjadi di Turki, setidaknya ada delapan orang tewas dan ribuan penduduk harus mengungsi dai korban api.
Banyak ilmuan menghubungkan perubahan iklim akibat dari perbuatan manusia dengan meningkatnya frekuensi kejadian cuaca ekstreme semavam itu.