Terkait Sekolah Tatap Muka, Ahmad Riza: Tunggu Saja Waktu yang Tepat

Kampartrapost.com – Penurunan level PPKM daerah Jakarta yang sekarang sudah di level 3 jadi peluang bagi pelajar untuk dapat bersekolah dengan sistem tatap muka kembali.

Tentang kepastian hal tersebut, Ahmad Riza Patria selaku Wakil Gubernur DKI Jakarta sebut pemerintah belum dapat beri kepastian.

Hal itu masih dalam tahap pengkajian untuk dapat diterapkan.

“Kita masih lihat kita mempelajari, kita belum putuskan masih kita diskusikan,” kata Riza di Jakarta pada Rabu (25/8/2021) saat berada di Balai Kota DKI Jakarta.

Baca juga: Kawal Bansos dengan Baik, Aparat Penegak Hukum Terima Penghargaan dari Kemensos

Pria kelahiran 1969 itu minta masyarakat sabar dahulu.

Karena kebijakan yang ada hubungannya dengan murid dan tenaga kerja itu dapat berlaku jika semua elemen sudah dapat vaksin.

“Tunggu saja waktu yang tepat, kita pastikan seluruh tendik, guru semua sampai karyawan siswa semua selesai divaksin ya,” tutur politikus Partai Gerakan Indonesia Raya itu.

Riza juga sebut bahwa Pemprov DKI ingin kaji secara teliti dulu sebelum membuka sekolah.

Baca juga: Bayi Kembar Siam Satu Tubuh Berkepala Dua Lahir di Tegal

Karena bisa saja penularan Covid-19 terjadi jika hal tersebut terlaksana.

Sebelumnya Pemprov DKI sudah gelar uji coba pembelajaran tatap muka.

Tapi harus berhenti karena kasus penyebaran virus Corona yang alami peningkatan.

Aturan ini dapat kembali berlaku jika seluruh elemen sudah vaksin.

Hal itu lantaran langkah ini dapat jadi upaya pencegahan Covid-19.

Baca juga: Survei Capres Indikator: Prabowo 26,2%, Ganjar 20,8%, Anies 15,5%

Sistem belajar daring yang sudah ada hampir 2 tahun ini dinilai kurang efektif.

Namun mau tak mau sekarang sekolah harus pakai sistem daring, guna tekan angka penularan Covid-19.

Baik untuk murid, guru, bahkan orang tua, alami tantangan masing-masing.

Karena punya kesibukan lain, orang tua yang harus dampingi anak belajar banyak yang mengaku susah dengan sistem ini.

Kendala jaringan jadi masalah serius, lantaran tidak semua wilayah mendapat jaringan bagus.

Finansial juga jadi hambatan, karena ada beberapa murid yang tak dapat terus beli kuota bahkan tak punya handphone atau laptop untuk belajar secara online.

Berita Terkait