Ya Ampun, Pasien Covid-19 Terlantar di Garasi RS, Tetap Ditagih Biaya 3,2 Juta Rupiah

Kampartrapost.com – Maia (nama samaran), seorang pasien Covid-19 mengaku kesal pada pelayanan yang diberikan pihak rumah sakit kepada suaminya, yang tengah mengalami kesulitan napas karena meradangnya virus Corona.

Dengan jumlah kasus terkonfirmasi yang kian meningkat, Maia paham betul jika pihak rumah sakit mulai menghadapi kesulitan dalam menangani pasien. Tetapi ia merasa bahwa suaminya telah ditelantarkan juga tidak mendapat penanganan yang baik dari pihak rumah sakit. Namun, ia harus tetap membayar biaya yang mencapai jutaan rupiah.

Awalnya Maia dan suami tidak mengalami gejala yang begitu serius, hanya demam dan batuk. Tetapi kondisi suami dari pasien Covid-19 ini kian lama kian menurun, bahkan saturasi pernapasannya tercatat pada angka 90. Akhirnya Maia memutuskan untuk membawa suaminya ke RSUP Persahabatan di Jakarta Timur.

Baca juga: Kenapa Sih, Harus Vaksinasi Covid-19?

Maia memaparkan, mulanya ia dan suami telah ditolak karena kapasitas penuh. Namun, setelah berusaha untuk membujuk pihak rumah sakit, suaminya mendapat izin untuk mendaftarkan diri sebagai pasien rawat inap. Namun diluar dugaan, suaminya malah ditempatkan di garasi IGD dengan fasilitas minim, hanya tempat tidur dan oksigen, dan tidak ada terapi obat ataupun infus. Merasa tidak dapat pelayanan yang baik, Maia memutuskan suami dan dirinya untuk pulang setelah dirawat selama dua hari.

Maia menjelaskan Senin (12/7), “Untuk tidur di teras RS yang penuh nyamuk selama dua hari, kami harus bayar Rp.3,2 juta. Aku sampai bingung, itu Rp.3,2 juta untuk apa? Dilayani enggak, kok bisa dua hari Rp.3,2 juta?”

Ia juga memperlihatkan foto kuitansi pembayaran dari pihak rumah sakit. Dalam kuitansi itu terlampir rincian biaya, nama pencetak, serta cap berlogo IGD (Instalasi Gawat Darurat). Karena tidak mendapatkan penanganan, setelah beberapa hari pulang dari rumah sakit kondisi suami Maia kembali memburuk, bahkan saturasi pernapasannya menurun ke angka 80.

Baca juga: Jumlah Testing Drop, Kasus Corona RI Malah Tertinggi di Dunia

Setelah mencari rumah sakit lain yang bisa menangani suaminya dan berkali-kali dapat penolakan, akhirnya Maia menemukan satu tempat tidur kosong di RSKD Duren Sawit, walaupun penanganan dilakukan di IGD yang berdiri di bawah tenda depan rumah sakit. Akhirnya suami Maia mendapatkan penanganan yang baik, berupa oksigen, infus, anti-virus, suntikan obat, serta terapi obat lain guna menaikkan kondisi imun tubuh. Ia pun tak perlu membayar biaya rumah sakit, karena BPJS Kesehatan sudah menanggungnya.

Berbeda dengan pernyataan Maia, Plt. Direktur Utama RSUP Persahabatan Mohammad Syahril membantah adanya pemungutan biaya kepada pasien dari pihaknya. Ia mengatakan, “Semua pasien Covid mendapat layanan gratis (tidak berbayar). Dan kami tidak ada aturan pasien harus bayar sedikitpun.”

Syahril juga mengatakan sejak Juni hingga awal Juli tahun ini telah terjadi lonjakan pasien. Tingkat keterisian tempat tidur di RSUP Persahabatan mencapai angka 95 persen.

Ia menambahkan, “Begitu juga pasien di IGD. Dari 30 kapasitas sudah ditambah menjadi 70. Semua pasien kami layani di dalam gedung IGD. Tidak ada yang dilayani di luar IGD termasuk di garasi.”

Berita Terkait