Yuk, Kenali Lebih Dalam Aplikasi iWareBatik Yang Telah Mendunia

Kampartrapost.com – Batik merupakan salah satu warisan dunia yang telah UNESCO tetapkan pada 2009. Salah satu mahasiswi doktor di Università della Svizzera italiana di Swiss, Puspita Ayu Permatasari mencoba mengenalkan batik kepada dunia melalui aplikasi iWareBatik.

iWareBatik merupakan singkatan dari ‘I am aware of Batik’ atau ‘interaktif software of Batik’ yang lebih terdengar seperti i ware batik atau saya memakai batik.

Tim yang memprakarsai berdirinya aplikasi dan website iWareBatik ini sebagian besar berasal dari Indonesia dan beberapa profesor Università della Svizzera italiana. Dan Puspita yang menjadi Koordinator Riset Teknologi Komunikasi iWareBatik.

“Sebenarnya sistem dari aplikasi iWareBatik ini bisa dioprasikan secara online maupun offline,” kata Puspita.

Baca juga: Manajer Keamanan Google Digugat Usai Ejek Seorang Karyawan Gay

Ia menjelaskan meskipun tidak dalam sambungan internet kita masih bisa mengakses peta interaktif maupun 124 konten. Dimana konten sudah tersedia dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris dan juga konten-konten yang terdapat di aplikasi iWareBatik.

Sementara itu, jika dalam sambungan internet (online) kita bisa menikmati one minute visual video dari YouTube di Aplikasi maupun website iWareBatik sendiri. Video-video ini merupakan ciptaan dari warga Indonesia lulusan dari Universitas Udayana.

 

Yuk, Kenali Lebih Dalam Aplikasi iWareBatik Yang Telah Mendunia
iWareBatik.com

iWareBatik sendiri tidak hanya mengupas mengenai batik saja. Akan tetapi juga mengupas tentang kain tenun, kain songket bahkan kain sulam yang menjadi ciri khas Gorontalo. Ia tertarik menambahkan beberapa budaya Indonesia khususnya kain sulam dari Gorontalo, karena ia rasa tradisi sulam di Gorontalo sudah sangat kuno sejak abad 15 hingga 18. Selain itu kaum kolonial yang hampir menghapus identitas dan kebudayaan masyarakat.

“Saya rasa karena batik ini sudah menjadi warisan dunia, sehingga batik bisa menjadi penghubung kain-kain yang lainnya. Seperti kain tenun, kain songket dan kain sulam tersebut,” kata Puspita.

Jika kita menggunakan aplikasi iWareBatik secara online, kita bisa menggunakan tools alat pengenal motif batik yang secara otomatis dapat mengenali motif batik yang kita gunakan. Akan tetapi ini hanya terbatas 8 motif saja, yakni kawung, parang, lereng, ceplok, mega mendung, ampiek, merak, dan gurda (gurdo).

“Tidak semua motif batik dapat di kenali oleh aplikasi iWareBatik, hanya 8 motif saja. Tapi, jika misalnya prediksi batik yang dipindai bukan salah satu dari 8 motif tersebut, memang ada batasan pada aplikasi,” jelas Puspita.

Puspita mengungkapkan dalam membuat sistem pengenalan satu motif, tim harus men-training hampir 100 gambar motif batik yang sama dengan ciri yang berbeda agar dapat terdeteksi bercirikan motif tersebut.

“Setiap kita memindai motif batik, nantinya akan ada 3 pilihan, berapa persen kawung, berapa persen lereng berapa persen merak atau yang lain,” kata Puspita.

Baca juga: Squid Game Viral, Perusahaan Broadband Korea Gugat Netflix
Yuk, Kenali Lebih Dalam Aplikasi iWareBatik Yang Telah Mendunia
Penghargaan yang diraih iWareBatik. Foto/Puspita Ayu

Selain itu, terkadang juga jika kita melakukan selfie dengan aplikasi iWareBatik, wajah kita akan terdeteksi sebagai motif batik.

“Seperti ketika saya melakukan selfie, wajah saya terdeteksi sebagai motif kawung berapa persen begitu. Karena pada dasarnya aplikasi iWareBatik mendeteksi visual jadi harus sering mendapatkan latihan,” tutur Puspita.

Aplikasi iWareBatik sendiri juga memiliki impact yang besar di kancah internasional.

“Alhamdulilah, kami mendapatkan apresiasi yang besar sebagai best practice di Asian Digital Forum 2020 oleh International Committee of Museum (ICOM),” kata Puspita.

Selain menjadi best practice di Digital Forum, iWareBatik juga menjadi Top 10 SWISS DIGITAL DAYS 2020, menjadi rubrik special edition di salah satu jurnal Virtual Archaeology Review(VAR) Q1 Journal. Dan menjadi salah satu Human-Computer Interaction Conf. 2021.

iWare batik sendiri telah sukses mengadakan workshop digital online dengan peserta mahasiswa strata1 di seluruh penjuru Indonesia. Dan telah di dukung oleh Caventer Indonesia, Pesona Desa Indonesia, Milangkori Tour dan Kanca Nusantara.

“Kita juga sudah menyelenggarakan Workshops User Experience dengan 33 universitas dengan partisipasi 926 mahasiswa strata 1. Dengan peserta dari Sabang hingga Merauke sebagai bentuk partisipasi. Serta peningkatan kesadaran untuk mahasiswa Indonesia terhadap pelestarian wastra nusantara,” jelas Puspita.

Baca juga: Mengapa pemburu Nazi Efraim Zuroff tidak menyerah mengejar penjahat ‘holocaust’
Yuk, Kenali Lebih Dalam Aplikasi iWareBatik Yang Telah Mendunia
Workshop User Experience yang dilakukan iWareBatik

Sementara itu, selain mendapatkan apresiasi dan prestasi, Puspita juga mengharapkan masyarakat bisa lebih banyak dalam men-download dalam upaya mendukung aplikasi iWareBatik ini.

“Mungkin yang saya harapkan rekan-rekan bisa lebih banyak mendownload aplikasi iWareDigital ini, itu saja sih yang saya harapkan,” kata Puspita.

“Karena dengan men-download aplikasi ini bukan untuk saya, universitas maupun pihak-pihak terkait. Akan tetapi untuk kedudukan indonesia dalam diplomasi digital kebudayaan Indonesia,” tambah Puspita.

Semakin banyaknya download iWareBaik baik iOS maupun Android, maka semakin besar konsen UNESCO untuk membiayai server ini. Agar IWareBatik tetap ada dan berjalan hingga dapat seluruh lapisan masyarakat indonesia maupun dunia nikmati.

Sampai saat ini iWareBatik telah mendapatkan hampir 3 ribu download baik di android maupun iOS. Sehingga menjadikan iWareBatik sebagai salah satu aplikasi dengan download terbanyak dalam kurun waktu satu tahun.

“Satu lagi, harapan saya agar rekan-rekan dapat mempelajari motif batik apa yang rekan-rekan pakai. Yakni dengan membuka aplikasi maupun website iWareBatik sendiri,” tukas Puspita.

Berita Terkait