‘Zaman Kami Dulu’; Pintu Neraka Bagi Organisasi Mahasiswa

Oleh: Toibul Hadi

Mahasiswa FISIP UPN “Veteran” Yogyakarta

Kampartrapost.com – Mahasiswa memiliki fungsi yang beragam guna menjaga kestabilan ekonomi, sosial, dan politik. Fungsi-fungsi mahasiswa terbagi menjadi agent of change, social control, moral force, iron stock, dan guardian of value. Fungsi mahasiswa tersebut dapat direalisasikan melalui organisasi mahasiswa.

Dalam berorganisasi, mahasiswa dapat menjumpai berbagai macam dinamika, ada yang biasa saja, ada juga yang menarik. Asyiknya berorganisasi dapat dirasakan dengan berkumpul bersama rekan mahasiswa lainnya. Organisasi akan menjadi tempat yang cukup asyik untuk meluangkan waktu, terlebih lagi bagi mereka yang dibantai kejamnya asmara, perihnya cambuk ucapan terakhir pacar sebelum berubah statusnya menjadi mantan.

Namun, seribu kali sayang, asyiknya berorganisasi akan berubah drastis. Salah satu penyebabnya adalah oknum senior. Pasalnya, sering kali dijumpai dalam organisasi mahasiswa, terdapat beberapa senior gabut. Mereka adalah senior yang berharap kisahnya mampu menambah semangat juniornya dalam berorganisasi. Mereka yang berharap nadi perjuangannya dulu tetap berdenyut. Namun, mereka tidak akan sadar bahwa kisah-kisah itu biasa saja, bahkan membuat juniornya yang galau akan semakin galau.

Mereka adalah senior yang hobi menguasai forum diskusi dengan kisah-kisah spektakuler. Kisah yang biasanya dibuka dengan ucapan zaman kami dulu. Mereka menggambarkan bahwa manusia bisa terjebak dalam euforia berlebihan. Mereka tidak sadar bahwa menguasai forum diskusi itu sudah mencabut keceriaan diskusi dari akarnya, terlebih lagi diisi dengan kisah-kisah yang spektakuler membosankan. Mereka biasanya begitu semangat dalam berkisah, sampai akut berkisah selama berjam-jam. Terlebih lagi ketika mereka sadar bahwa kisah-kisah itu sudah kuno, bukannya berhenti, justru mereka akan lebih semangat berkisah.

Berbanding terbalik, bagi mahasiswa baru yang masih polos dan imut, kisah mereka mambuat organisasi seperti neraka, bayang-bayang setiap berkumpul akan mendengarkan kisah yang ngebosenin itu selalu terbayang. Takut karena tidur malam terganggu oleh ajakan ngopi dari senior.

Atas beberapa keresahan di atas, saya menghimbau: Pertama, dengarlah wahai senior yang menggunakan template “Zaman kami dulu…”, segeralah bertobat. Mari bercermin, kisah abang-kakak tidak mengubah apapun, buang-buang energi. Kedua, Semangat abang-kakak dalam berkisah itu bertolak belakang dengan semangat kami, buanglah pede ga ketulungan itu, kami capek, kami butuh kritik agar kami bisa lebih solutif. Terakhir, jika sampai pada puncak kemuakan, percayalah, mampus kau dikoyak-koyak benc

Berita Terkait