Kampartra Post- Ironi pembangunan tergambar nyata di Kabupaten Rokan Hilir. Ditengah tengah banyak nya perbaikan jalan di beberapa daerah kabupaten Rokan hilir, Kecamatan Simpang Kanan salah satu wilayah yang masih jauh tertinggal, seakan hanya menjadi penonton megahnya pembangunan di daerah-daerah lain.
Hampir di setiap sudut Kecamatan Simpang Kanan, jalanan rusak parah.
Asal hujan turun, genangan air menutupi lubang-lubang besar bak ranjau yang siap menjebak kendaraan.
Kemudian, ketika kemarau tiba, debu mengepul tebal, mengotori rumah-rumah warga dan membahayakan pernapasan anak-anak yang tiap hari melewati jalur ini untuk beraktivitas.
“Kalau pemerintah mau jujur, coba sekali saja lewat sini, rasakan sendiri bagaimana susahnya kami. Jangan cuma duduk di kursi nyaman di kantor,” keluh Arif Al Hafiz, pemuda asli Simpang Kanan yang getol menyuarakan nasib kampung halamannya.
Follow Instagram Kampartra Post
Selanjutnya, menurut Arif, ketimpangan pembangunan di Rokan Hilir sudah terlalu telanjang untuk disangkal.
Pembangunan hanya di daerah prioritas saja sementara Simpang Kanan dan beberapa daerah yg ada di Kabupaten Rokan Hilir terjebak dalam wajah lusuh, menunggu janji-janji politik yang tak kunjung ditepati.
“Kalau boleh jujur, mungkin hanya 10 persen jalan yang bisa kami sebut layak” tegasnya.
“Selebihnya? Rusak, berlubang, berdebu. Kami ini seolah dianaktirikan. Padahal kami juga Rokan Hilir, juga bayar pajak, juga punya hak yang sama,” tambah Arif
Bukan Hanya Soal Nyaman, Tapi Soal Nyawa
Kondisi jalan ini, kata Arif, tak cuma soal estetika.
Belum lagi masyarakat yang cemas jika ada yang sakit mendadak di malam hari dan harus dilarikan.
Mobil ambulans pun kerap kesulitan melaju cepat di jalan penuh jebakan lumpur atau lobang.
“Jalan ini soal nyawa, bukan hanya soal nyaman. Tolonglah pemerintah buka mata. Jangan hanya bangun di tempat-tempat yang kelihatan oleh pejabat tinggi atau tamu penting saja,” kritik Arif dengan nada getir.
Kemudian, ketika dikonfirmasi, salah satu pejabat Dinas PUPR Rokan Hilir kembali menegaskan bahwa keterbatasan anggaran menjadi alasan utama pembangunan infrastruktur dilakukan bertahap.
“Wilayah kita sangat luas, jadi memang harus bergiliran. Simpang Kanan sudah masuk program multi years, nanti tinggal menunggu tahap berikutnya,” ujarnya singkat.
Namun bagi Arif, alasan itu tak lagi cukup.
“Kami sudah terlalu sering mendengar janji. Dari saya kecil sampai sekarang jadi pemuda, cerita yang saya dengar ya itu-itu saja: tunggu anggaran, tunggu program. Kapan terealisasi? Sementara jalan kami makin parah,” katanya.
Maka dari itu, ia mengajak seluruh pemuda dan masyarakat Simpang Kanan untuk tak lelah bersuara, mengawal agar pemerataan pembangunan bukan hanya jargon, melainkan benar-benar terwujud nantinya.
“Kami hanya ingin pemerintah adil. Jangan biarkan Simpang Kanan terus menunggu entah sampai kapan. Kami juga warga Rokan Hilir. Jangan biarkan kami merasa seperti rakyat kelas dua,” tutup Arif.
Penulis: Arif Al-Hafiz
Presiden Dewan Eksekutif Mahasiswa
Mahasiswa Program Studi Menajemen Dakwah
Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang
Be First to Comment