Press "Enter" to skip to content

Mahasiswa Kampar Catat Sejarah di Arab Saudi, Afwan Rahmazi Raih Gelar Mumtaz

Kampartra Post- Afwan Rahmazi mencatat sejarah. Putra Kampar ini resmi menjadi mahasiswa Indonesia pertama sekaligus mahasiswa internasional pertama yang berhasil menyelesaikan studi sarjana di University of Hafr Al-Batin, Arab Saudi.

Hebatnya, ia menuntaskan pendidikan hanya dalam waktu tiga setengah tahun, lebih cepat dari rata-rata mahasiswa Saudi yang umumnya empat tahun.

Lahir dan besar di Tanjung Koto Kampar Hulu dari keluarga petani, Afwan mengawali pendidikan di SD kampungnya, melanjutkan SMP-SMA di Daarun Nahdhah, hingga menempuh studi tinggi di luar negeri.

Sebelum ke Saudi, ia sempat berkuliah di Sudan.

Namun kondisi Sudan yang tidak kondusif membuatnya mengalihkan pilihan ke Saudi, setelah mendapat panggilan visa dari Hafr Al-Batin.

“Waktu itu pilihannya hanya dua, ambil kesempatan ini atau tidak kuliah sama sekali,” kenangnya.

Sejak awal Afwan menargetkan kelulusan cepat. Ia menyusun strategi belajar, membagi waktu antara kuliah, kerja, dan organisasi.

Prinsipnya sederhana yaitu manajemen waktu. “Sebelum masuk kelas, saya baca materi dulu secara garis besar. Jadi saat dosen menjelaskan, saya sudah siap berdiskusi,” ujarnya.

“Menjelang ujian, saya menyisihkan waktu seminggu-dua minggu untuk merangkum catatan,” tambah Afwan.

Aktivitasnya tidak berhenti di ruang kelas. Afwan kerap mewakili kampus dalam forum internasional, di antaranya dauroh khusus mahasiswa luar negeri di Madinah.

Ia juga pernah membawa nama Indonesia dalam pameran kebudayaan yang digelar pemerintah Saudi.

Kini, ia dipercaya sebagai Ketua PPMI Hafr sekaligus mandub perwakilan mahasiswa Indonesia yang menjadi penghubung dengan pihak kampus.

Follow Instagram Kampartra Post

Kilas Kegiatan Sosial Afwan

Selain akademik, Afwan aktif dalam kegiatan sosial. Ia terjun sebagai relawan dan dua kali menjadi petugas haji. Hal ini jarang terjadi di kampus lain.

“Di Universitas Islam Madinah, mahasiswa yang menjadi petugas haji biasanya harus menunda semester. Alhamdulillah, berkat dukungan dekan dan sekretariat, saya bisa bertugas tanpa menunda ujian,” jelasnya.

Afwan juga memanfaatkan waktu libur untuk membimbing jemaah umrah asal Indonesia, terutama di bulan Ramadan.

Aktivitas ini bukan hanya menambah pengalaman, tetapi juga membantu biaya hidup. Meski begitu, ia tetap menjaga batas.

Dari 25 persen jatah absen yang diperbolehkan kampus, ia hanya memakai sekitar 15 persen untuk kerja, sementara sisanya disimpan untuk keadaan darurat.

Salah satu hal yang paling ia syukuri adalah sistem pendidikan yang egaliter di Saudi. Berbeda dengan Indonesia, kata Afwan, di Saudi dosen justru aktif mencari mahasiswa.

“Masya Allah, bahkan sebelum ujian, dosen yang menghubungi kami. Bertemu dekan juga sangat mudah, dekat dengan mahasiswa. Di Indonesia, katanya untuk ketemu dosen saja sulit, seakan-akan harus ‘mencium kaki’ dulu,” ungkapnya.

Menurut Afwan, sistem egaliter ini sangat mendukung perkembangan mahasiswa karena dosen digaji penuh negara dan tidak ada birokrasi yang menghambat.

Tantangan dan Duka Afwan Rahmazi

Namun di balik prestasi gemilangnya, Afwan juga melewati masa duka. Sehari sebelum wisuda, ayahnya wafat.

“Harusnya saya ikut wisuda, tapi akhirnya langsung pulang. Dukungan keluarga itu sangat penting, apalagi di masa-masa sulit,” tuturnya.

Kini, Afwan tengah mempertimbangkan langkah selanjutnya.

Ia menunggu izin tinggal sembari menjajaki peluang S2 atau tawaran kerja di berbagai bidang, mulai dari museum, perusahaan, hingga dunia pendidikan.

Beberapa travel juga mempercayakan dirinya untuk membimbing jemaah.

Bagi Afwan, ukuran sukses bukanlah sekadar gelar.

“Yang penting itu manajemen waktu dan menjaga circle pertemanan. Kalau ada teman yang arahnya sudah jauh, cukup sekadar kenal, tidak perlu terlalu dekat,” pesannya.

Prestasi Afwan Rahmazi menjadi bukti bahwa anak negeri, sekalipun dari pelosok Kampar, mampu bersaing di kancah internasional.

Lebih dari sekadar akademik, kisahnya adalah pelajaran tentang disiplin, keberanian mengambil peluang, dan pentingnya sistem pendidikan yang manusiawi.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *