Kampartra Post- Nama Nelsi Dinda Afrilia, mahasiswi UIN Imam Bonjol Padang asal Kuantan Singingi, Riau, mencuri perhatian penonton Festival Internasional SEIBA yang digelar di kampus tersebut.
Melalui monolog tunggal berjudul “Perempuan Obrak-Abrik”, Nelsi menghadirkan pertunjukan penuh emosi yang menyoroti isu kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan.
Naskah karya Rian Kurniawan Harahap itu Nelsi pilih karena menurutnya relevan dengan realitas hari ini, termasuk kasus pelecehan seksual yang pernah mencuat di lingkungan kampus.
Baginya, diam hanya akan memperpanjang luka, sementara suara perempuan perlu lantang menuntut keadilan.
“Perempuan sering dianggap lemah, padahal mereka juga mampu melawan dan mengatur ruang hidup yang lebih adil,” ujarnya setelah pementasan.
Selama kurang lebih 20 menit, Nelsi tampil dengan kostum sederhana berupa daster compang-camping.
Properti seadanya dan panggung minimalis tidak mengurangi kekuatan pesannya.
Sorot mata, intonasi suara, dan gestur tubuhnya berhasil menghidupkan tokoh perempuan korban kekerasan yang bangkit menolak bungkam.
Follow Instagram Kampartra Post
Proses latihan hanya berlangsung lima hari, bersama kawan-kawan mahasiswa di Kantin Atas Langit kampus.
Kendala teknis sempat muncul ketika mikrofon terlepas.
Namun Nelsi tetap melanjutkan dengan penuh keyakinan, membuktikan mentalitas panggung yang matang.
Penampilan Nelsi menjadi bukti bahwa seni pertunjukan tidak sekadar hiburan, melainkan juga ruang kritik sosial.
Suaranya dari Kuantan Singingi kini menggema di panggung internasional, mengingatkan publik bahwa keberanian perempuan untuk bersuara.
Be First to Comment