Kampartra Post- Tren penggunaan artificial intelligence (AI) untuk mengedit foto semakin menjamur di media sosial.
Banyak orang mengubah potret diri menjadi bergaya elegan, sinematik, hingga seolah berpose dengan idola.
Meski tampak menyenangkan, pakar keamanan siber mengingatkan masyarakat agar waspada, karena di balik keseruan tersebut tersembunyi ancaman pencurian data pribadi.
Chairman CISSReC, Pratama Persadha, menjelaskan aplikasi edit foto AI biasanya meminta akses ke wajah, metadata, hingga akun pengguna.
Data ini bisa disimpan dan dimanfaatkan pihak tak bertanggung jawab.
Foto yang tampak biasa saja dapat berubah menjadi senjata, misalnya untuk membuat deepfake, mencuri identitas, atau menjadi bahan rekayasa sosial.
Kasus serupa terus meningkat secara global, sejalan dengan maraknya penyalahgunaan biometrik wajah.
Follow Instagram Kampartra Post
Aplikasi yang tidak kredibel bahkan berpotensi mengumpulkan data massal lalu menjualnya ke pasar gelap digital.
Beberapa aplikasi juga secara diam menyisipkan malware yang mampu mengakses kamera, mikrofon, atau file pribadi.
Lebih berbahaya lagi, sebagian meminta izin berlebihan seperti lokasi atau kontak, yang tidak relevan dengan pengeditan foto, sehingga memperluas celah pencurian data.
Pratama menekankan masyarakat tidak harus berhenti berkreasi, namun wajib cerdas menjaga keamanan.
Pengguna sebaiknya memilih aplikasi resmi dari penyedia terpercaya, membaca ulasan dan kebijakan privasi, serta menghindari penggunaan foto sensitif.
Disarankan juga untuk memakai akun sekunder agar meminimalisasi kebocoran.
Dengan langkah bijak tersebut, publik tetap bisa menikmati estetika AI tanpa terjebak bahaya pencurian data.
Be First to Comment