AI di Indonesia, Antara Optimisme dan Kesiapan Infrastruktur
Kampartrapost_Indonesia menunjukkan optimisme berlebihan terhadap Artificial Intelligence (AI), namun kita perlu mempertanyakan kesiapan infrastruktur dan sumber daya manusianya.
Data Ipsos 2024 mengungkapkan bahwa 86% masyarakat Indonesia mengklaim memahami AI dengan baik. Angka ini melebihi Singapura dan Jepang yang notabene memiliki infrastruktur digital lebih maju.
Optimisme yang tinggi ini bertolak belakang dengan posisi Indonesia dalam Global AI Index 2023. Indonesia menduduki peringkat ke-46 dari 62 negara berdasarkan kapasitas AI.
Kita melihat kesenjangan besar antara persepsi dan realitas. Masyarakat Indonesia memang antusias, tetapi infrastruktur dan kesiapan teknologi masih tertinggal dibanding negara-negara tetangga.
“Optimisme tanpa persiapan infrastruktur adalah mimpi yang rapuh. Indonesia tidak cukup sekadar antusias terhadap AI, tetapi harus membangun fondasi nyata untuk transformasi digital yang berkelanjutan.”
Tantangan Implementasi AI di Tengah Keterbatasan
Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Stella Christie, mengungkapkan kekhawatiran tentang penggunaan AI yang tidak bijak. Banyak pengguna hanya memanfaatkan AI untuk menyelesaikan tugas secara instan.
Kesenjangan digital menjadi tantangan serius dalam penerapan AI di negara ini. Pemerintah belum berhasil menyediakan akses internet yang merata di seluruh wilayah.
US-ASEAN Business Council memproyeksikan Indonesia akan kekurangan 9 juta pekerja terampil hingga 2030. Ini menambah kompleksitas tantangan dalam adopsi AI.
Strategi Nasional AI 2020-2045 terkesan ambisius namun minim implementasi nyata. Kita belum melihat langkah konkret dalam pengembangan talenta dan infrastruktur.
Urgensi Pengembangan SDM di Era Digital
Di sektor pendidikan, UNESCO menekankan pentingnya pendekatan berbasis manusia dalam penerapan AI. Namun, negara ini masih lebih banyak berfokus pada aspek adopsi teknologinya saja.
Pemerintah Indonesia aktif menjalin kerja sama internasional terkait AI, tetapi belum memaksimalkan transfer teknologi dan pengembangan kapasitas lokal.
Kearney memproyeksikan AI akan menyumbang 366 miliar Dolar AS pada PDB Indonesia tahun 2030. Namun, tanpa infrastruktur memadai, angka ini hanya angan-angan.
Follow Instagram Kampartrapost_
Langkah Strategis Menuju Indonesia Digital
Program-program pelatihan digital harus menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Pemerintah perlu mendistribusikan akses internet secara merata ke seluruh wilayah.
Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan sektor swasta menjadi kunci. Mereka harus bersinergi membangun ekosistem AI yang berkelanjutan.
Indonesia harus belajar dari negara-negara tetangga dalam mengelola transformasi digital. Malaysia dan Thailand telah menunjukkan progres lebih baik dalam kesiapan AI.
Pemerintah perlu membentuk gugus tugas khusus untuk mengawasi implementasi AI di berbagai sektor. Pengawasan ini penting untuk memastikan penggunaan AI yang bertanggung jawab.
Lembaga pendidikan harus segera merevisi kurikulum untuk mengintegrasikan pemahaman AI. Siswa perlu dibekali kemampuan analisis kritis terhadap teknologi digital.
Sektor swasta harus berkontribusi dalam pengembangan infrastruktur digital nasional. Mereka bisa menyediakan dana dan keahlian teknis yang diperlukan.
Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan perlu menyiapkan regulasi yang mendukung inovasi AI di sektor keuangan. Regulasi ini harus melindungi konsumen.
Optimisme masyarakat terhadap AI patut diapresiasi. Namun, tanpa penguatan infrastruktur dan pengembangan SDM yang memadai, negara ini hanya akan berperan sebagai konsumen teknologi.
Pemerintah harus segera mengeksekusi Strategi Nasional AI dengan langkah-langkah konkret. Jangan sampai Indonesia tertinggal dalam revolusi teknologi global.
Indonesia memerlukan roadmap yang jelas untuk transformasi digital nasional. Tanpa arah yang jelas, investasi teknologi hanya akan menjadi pemborosan anggaran.