Amerika Latin, Kampartrapost.com – Para ahli mengatakan Amerika Latin saat ini mengalami kehancuran ekonomi dan jutaan orang putus sekolah.
Seorang ibu bernama Gloria Vasquez mengatakan dua orang anaknya telah putus sekolah akibat pandemi. Anaknya bernama Ximena yang berusia 8 tahun juga mengalami hal yang sama, sehingga sangat berdampak pada aritmatika dasarnya.
“Satu tambah satu?” tanya Vasquez kepada anaknya
“Empat?” jawab gadis kecil itu menebak tanpa daya
Vasquez merupakan seorang ibu berusia 33 tahun berprofesi sebagai pembantu rumah tangga motel. Pendidikannya terakhir kali adalah kelas 5 sekolah dasar. Ia mengatakan pada dirinya sendiri bahwa tidak bisa membiarkan anak ketiganya meninggalkan sekolah
Unicef mengatakan, memasuki tahun kedua pandemi ini mengakibatkan Amerika Latin harus merasakan krisis pendidikan dan mengalami penutupan sekolah terpanjang dari wilayah mana pun di dunia. Penutupan sekolah itu berkisar 16 bulan di beberapa daerah.
Baca juga: Manusia Purba Tipe Baru Ditemukan di Israel
Sementara itu, siswa-siswa di negara kaya telah kembali melaksanakan aktifitas pendidikan. Sedangkan, 100 juta anak di Amerika Latin masih melakukan pembelajaran jarak jauh.

Meningkatnya akses pendidikan adalah salah satu pencapaian besar Amerika Latin setengah abad terakhir ini. Hal itu ditunjukkan dengan melonjaknya pendaftaran perempuan, siswa miskin, anggota etnis, dan ras minoritas beralih menjadi kelas menengah atas.
Berbeda dengan sekarang, mereka terancam putus sekolah dan menghancurkan kembali kemajuan pendidikan yang sudah susah payah dibangun selama bertahun-tahun.
Pandemi telah mengakibatkan banyak korban yang fantastis di seluruh dunia, dan ini mengakibatkan Amerika Latin sangat terpukul dari pada bagian dunia lain.
Wilayah itu menyumbang hampir sepertiga kematian covid-19 dari populasinya secara global yang kurang 10 persen.
Pendidikan Indonesia selama pandemi
Nadiem Anwar Makarim selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mulai tahun ajaran baru Juli mengizinkan kembali proses belajar mengajar di sekolah.
Daerah yang diizinkan adalah berstatus zona hijau, adapun zona kuning, oranye dan merah masih belum diberi izin.
Sementara itu, menjelang masuknya ajaran baru Juli mendatang, para guru dan orang tua khawatir dengan perkembangan akademik para siswa.
Menurut seorang pengamat pendidikan, terbatasnya fasilitas pendukung hingga belum siapnya siswa belajar di rumah menjadikan sistem itu “belum efektif”. Hal ini membuat capaian akademik siswa tertinggal.
Beberapa orang tua siswa berharap anaknya dapat kembali ke sekolah, namun ada juga yang sepakat kegiatan belajar mengajar tetap secara daring karena alasan kesehatan.

Seorang guru sekolah dasar negeri dari Kabupaten Kapuas Hulu, Oktoriyadi, mengatakan siswa-siswanya sudah tiga bulan tidak mengenyam pendidikan sebagaimana mestinya.
Siswanya sekarang hanya bisa membantu orang tuanya berladang karena tidak adanya layanan internet di desa itu.
Oktoriyadi mengatakan bahwa mereka jangankan untuk mengakses internet, untuk menonton siaran TVRI pun mereka tidak bisa karena tidak adanya sumber listrik di siang hari.
Baca juga: Taichiro Motoe, Jadi Taipan Berkat Bisnis Tanda Tangan
Berbeda dengan keadaan di Tegaiwaru, Purwakarta, Jawa Barat. Seorang guru sekolah dasar bernama Dian Misastra mengatakan keadaan daerahnya lebih baik meski penuh tantangan.
Ia mengatakan kebanyakan siswanya adalah anak petani dan tidak semuanya yang memiliki ponsel. Sehingga ia berinisiatif mendatangi rumah siswa-siswanya untuk mengajar secara langsung. Ia melakukan semua ini secara ikhlas meski “belum mendapatkan insentif”