Krisis Ekonomi, Lebanon Tetap Rayakan Idul Adha dalam Kekurangan

Lebanon, Kampartrapost.com – Krisis ekonomi yang melanda Lebanon dan juga ketidakstabilan politik, membuat Lebanon merayakan Hari raya Idul Adha seadanya tanpa adanya kemewahan seperti tahun-tahun sebelumnya. Ketika krisis ekonomi melanda Lebanon hal ini tentunya tidak menyurutkan mereka dalam merayakan gemerlap sucinya hari raya Idul Adha.

Pada tahun sebelumnya, sebelum hari raya Idul Adha tiba, libur tiga hari masyarakat akan memiliki makanan yang berlimpah dalam pertemuan keluarga. Namun, karena saat ini krisis ekonomi melanda, ketidakstabilan politik dan juga banyak masyarakat kekurangan kebutuhan sehari-hari membuat perayaan hari raya Idul Fitri mereka rayakan dengan makanan seadanya.

Hampir 50 persen warga Lebanon berada pada bawah garis kemiskinan menurut Bank Dunia. Banyak penduduk pinggiran kota Beirut, Lebanon yang berpenghasilan rendah. Seperti Dahieh, yang harus hidup serba kekurangan.

Baca juga: Karyawan Burger King Mengundurkan Diri Di Papan Nama Toko

“Dulu kami membeli permen, mengajak jalan anak-anak dan makan enak. Tapi tahun ini tidak ada. Kami hanya duduk di rumah.” Kata warga Dahieh, Sanaa Zein kepada reporter AlJazeera. “Tidak ada makanan dan permen. Kami hanya bisa membuat moujadara (nasi dan miju-miju yang dianggap sebagai makanan orang miskin)”

“kami hanya mampu membeli 200gram daging dalam seminggu. Namun minggu berikutnya kami hanya makan kentang dan makanan sederhana yang murah seperti lentil dan sayuran. Bahkan semua itu saat ini terlihat sangat mahal.” Tambah Zein. “Pakain untuk Idul Fitri untuk cucu saya tidak mampu membeli. Dia bahkan tidak menyadari jika Idul Adha tiba dan itu mungkin sesuatu yang baik. Jadi dia tidak menyadari telah melewatkan sesuatu.”

Pengunduran diri mantan perdana menteri yang ditunjuk Saad Hariri pekan lalu menjatuhkan lira (mata uang Lebanon) Lebanon lebih jauh lagi menuju rekor terendah dan tidak menunjukkan tanda-tanda untuk pulih kembali.

Pada saat ini, satu dolar Amerika Serikat hanya bernilai 8.7 lira atau hanya senilai 12 ribu rupiah saja. Bagi mereka yang mengandalkan penghasilan lira Lebanon, sebagian besar gaji mereka tidak lagi bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Baca juga: Polisi Israel Serbu Masjid Al-Aqsa, Usir Warga Palestina Saat Sholat Dhuhur

“Saya berpikir untuk membeli satu liter susu segar untuk membuat pudding beras untuk Idul Adha, karena kami tidak mampu membeli maamoul (kue isi kurma atau kacang) yang kami buat untuk perayaan Idul adha, itu saja sudah seharga 60 ribu lira.” Kata Zein. “Tahun ini tidak ada suguhan dan membiarkan Idul Adha berlalu begitu saja tanpa membuang-buang uang untuk sekedar membeli makanan.”

Bantuan sosial dari negara memang tidak ada, LSM telah berhenti menyediakan makanan dan obat-obatan. Sehingga mereka harus mampu membeli semua kebutuhan hidup mereka sendiri.

Selama beberapa tahun terakhir, LSM Al-Jannah Foundation (AJF) telah memberikan bantuan pakaian dan kotak makanan kepada anak yatim dan keluarga kurang mampu saat Idul Adha melalui donasi dan kampanye penggalangan dana.

“Pada tahun 2019, setidaknya kami mampu membantu sekitar 500 keluarga sepanjang tahun. Tetapi hari ini, terdapat ribuan keluarga dan faktanya hanya ada satu organisasi seperti kami.” Kata direktur pelaksana AJF, Laura Allam kepada AlJazeera.

Ketika krisis ekonomi melanda Lebanon, liburan seperti Idul Adha menjadi pengingat akan segala kekurangan yang dimiliki negara saat ini. Bagi orang Lebanon, berjuang untuk merayakan Idul Adha tahun ini telah dibayang-bayangi oleh kemunduran politik bulan ini dan meningkatnya biaya untuk bertahan hidup.

Baca juga: Taiwan Restui Satu Izin Darurat Vaksin Covid-19 Dalam Negeri

Berita Terkait