Kampartra Post- Budaya penulisan dan pengelolaan jurnal ilmiah di Indonesia masih menjadi tantangan, terutama bagi akademisi di daerah.
Dalam wawancara dengan Yuniar G. Larasati, MA, mentor dari IA Scholar Foundation, ia menyebutkan bahwa keterbatasan sumber daya dan infrastruktur menjadi kendala utama.
“Namun, dengan pelatihan seperti yang Ilmadika lakukan ini, akademisi mulai memiliki kesempatan untuk memahami pengelolaan jurnal berbasis Open Journal System (OJS),” ujar Laras.
Sistem ini, menurutnya, menjadi standar umum dalam pengelolaan OJS di Indonesia, sehingga pelatihan teknis sangat diperlukan.
Laras menekankan pentingnya niat, pengetahuan, dan aksi bagi mahasiswa untuk menjadi pengelola jurnal yang profesional.
Kemudian ia menganjurkan mahasiswa untuk memulai dari pengalaman kecil.
Pengalaman itu seperti mengelola jurnal kampus, untuk memahami prinsip kerja OJS.
“Langkah ini bisa menjadi modal besar bagi teman-teman mahasiswa untuk mengelola OJS yang lebih besar di masa depan,” tambahnya.
Follow Instagram Kampartra Post untuk Berita Menarik Lainnya
Untuk mengurangi kesenjangan, Laras juga menyoroti pentingnya kolaborasi antar institusi.
Dengan saling berbagi pengalaman, pelatihan, dan akses informasi, potensi akademisi daerah dapat lebih kita maksimalkan.
“Saya optimis bahwa dengan inisiatif ini, kita dapat membangun ekosistem jurnal ilmiah yang lebih merata di seluruh Indonesia,” pungkasnya.
Di sisi lain, Laras memaparkan beberapa jurnal-jurnal yang bisa dijadikan sumber referensi, baik nasional maupun internasional.
Di antaranya; Taylor & Francis, Jstor, Wiley, Emerald, Cambridge, Sagepub, Google Scholar, dan moraref.
Be First to Comment