Press "Enter" to skip to content

Kebenaran Itu Relatif, Kata Siapa?

Kampartra Post- Mengubah fakta bukan lagi sekadar permainan kata, melainkan seni manipulasi yang telah mengakar dalam berbagai aspek kehidupan.

Pada era digital saat ini, batas antara kenyataan dan ilusi semakin kabur.

Hal ini menjadikan informasi sebagai alat yang bisa manusia kendalikan sesuai kepentingan.

Jika dulu fakta merupakan suatu hal yang absolut, kini kebenaran bisa didefinisikan ulang melalui framing media, seleksi informasi, hingga pengulangan narasi yang disengaja.

Fenomena mengubah fakta tidak selalu terlihat secara kasatmata, tetapi dampaknya sangat nyata.

Kita sering kali menerima berita yang telah media kemas dengan sudut pandang tertentu.

Tanpa kita sadari bahwa realitas yang mereka sajikan hanyalah versi yang telah disaring.

Follow Instagram Kampartra Post

Media, sebagai arus utama informasi, memiliki kuasa untuk menentukan apa yang ia anggap penting dan apa yang ia abaikan.

Dalam kondisi ini, publik sering kali menjadi konsumen pasif yang menerima informasi tanpa mempertanyakan validitasnya.

Fenomena Mengubah Fakta

Melalui teknik mengubah fakta, sebuah peristiwa yang sebenarnya netral bisa berubah menjadi kontroversial atau sebaliknya.

Sebagai contoh, seorang demonstran yang memperjuangkan hak-haknya bisa mereka labeli sebagai perusuh.

Sementara figur yang memiliki kepentingan dengan media akan menjadi pahlawan.

Narasi yang media sajikan bukan lagi sekadar penyampaian informasi, tetapi alat untuk menggiring opini dan membentuk persepsi kolektif.

Ketika mengubah fakta menjadi praktik yang mudah masyarakat terima secara luas, maka kebenaran sejati semakin sulit untuk kita temukan.

Kebohongan yang terus berulang akan terdengar seperti kenyataan, sementara kebenaran yang tidak mendapat tempat akan perlahan menghilang dari ingatan publik.

Dalam situasi ini, pertanyaannya bukan lagi apakah kita dapat menemukan fakta yang benar, tetapi apakah kita benar-benar ingin mencarinya?

Jika kita terus membiarkan mengubah fakta menjadi bagian dari kehidupan tanpa mempertanyakannya, maka kita bukan lagi sekadar korban, melainkan juga bagian dari sistem yang membiarkan manipulasi terjadi.

Kesadaran kritis harus menjadi senjata utama dalam menghadapi era informasi ini.

Jangan mudah puas dengan satu perspektif, karena dalam dunia yang penuh kepentingan, kebenaran sering kali bukan yang pertama disajikan, melainkan yang paling sulit ditemukan.

 

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *