Press "Enter" to skip to content

Masjid Muhammadan sebagai Jejak Pedagang India dan Warisan Sejarah

 

kampartrapost  Di jantung kawasan Kota Tua Padang, tepatnya di Jalan Batipuh, berdiri sebuah masjid tua, Masjid Muhammadan. Komunitas pedagang Muslim asal India mendirikan masjid ini pada tahun 1843, dan sejak itu, masjid tersebut tidak sekadar menjadi rumah ibadah, melainkan juga simbol kebudayaan, sejarah, dan persilangan identitas kota pelabuhan.

Fasad dan Lokasi Masjid Muhammadan

Tujuh tiang menopang fasad masjid ini, dengan dua tiang di sisi kiri dan kanan yang menyatu pada bangunan berbentuk menara. Masjid ini berada di Kelurahan Pasa Gadang, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, Sumatera Barat, dan terletak tidak jauh dari Kelenteng See Hien Kiong. Para perancang membangun bangunannya dengan konsep terbuka, tanpa pintu maupun dinding pembatas yang kaku.

Alamsyah, seorang warga sekaligus jamaah, mengungkapkan bahwa keterbukaan tersebut membuat masjid terasa menyatu dengan lingkungan sekitar. “Bagi saya, masjid ini bukan hanya tempat salat, tetapi juga simbol budaya dan sejarah. Tidak semua masjid memiliki tradisi seperti di sini,” ujarnya.

Jejak Arsitektur Mughal

Bangunan masjid ini menampilkan ciri khas arsitektur Mughal. Sejak awal, para pembangun menggunakan campuran kapur dan putih telur sebagai bahan plester utama. Mereka juga mendirikan sebagian besar tiang penyangga yang masih bertahan sejak abad ke-19. Dalam perjalanannya, para pengurus rutin melakukan perawatan: mengecat ulang beberapa bagian dan memperbaiki struktur yang rusak akibat gempa. Meskipun begitu, mereka tetap menjaga identitas awal masjid.

Renovasi dengan Pelestarian Nilai Asli

Helfian, salah satu pengurus masjid, menjelaskan bahwa mereka hanya melakukan renovasi seperlunya tanpa mengubah karakter asli bangunan. “Dulu masjid ini punya pintu, tapi kami melepasnya saat memperbaiki bangunan agar ruangannya terasa lebih terbuka. Letaknya yang dekat pelabuhan menjadikan masjid ini sejak dulu ramai oleh pedagang dan masyarakat pasar,” jelasnya.

Tradisi Serak Gulo yang Tetap Hidup

Salah satu kekayaan budaya yang terus berlangsung hingga kini adalah tradisi Serak Gulo. Setiap tanggal 1 Jumadil Akhir, masyarakat keturunan India menyelenggarakan ritual menaburkan gula dari atas balkon masjid. Warga dan jamaah menyambut acara ini dengan antusias, menjadikannya simbol keterhubungan antara agama, budaya, dan kebersamaan sosial.

Helfian menambahkan, “Kami masih menjalankan tradisi Serak Gulo setiap tahun. Selain itu, kami juga mengadakan kegiatan Jamaah Tabligh setiap malam Jumat. Sejak lama, masjid ini menjadi pusat dakwah. Namun, jumlah jamaah pemuda mulai berkurang karena penduduk asli semakin sedikit.”

Jamaah Masjid di Tengah Perubahan Sosial

Saat ini, para pekerja dan karyawan di sekitar pasar mendominasi jamaah Masjid Muhammadan. Sementara itu, jumlah pemuda lokal yang dahulu aktif terus berkurang karena banyak keluarga keturunan India memilih pindah dari kawasan Pasa Gadang. Meski begitu, para pengurus tetap menjaga kesinambungan tradisi. Ketua pengurus saat ini juga berasal dari keturunan India, mempertahankan garis sejarah yang menghubungkan masa lalu dan masa kini.

Menjaga Keaslian Bangunan Bersejarah

H. J. Anton, salah satu pengurus lainnya, menjelaskan bahwa mereka menambahkan ruang multifungsi untuk membaca Al-Qur’an dan menjalankan kegiatan lain, namun tidak melakukan perubahan besar. “Kami berusaha menjaga masjid ini tetap seperti dulu. Karena nilai sejarahnya justru terletak pada keaslian bangunannya,” katanya.

Simbol Sejarah dan Identitas Kota

Masjid Muhammadan bukan sekadar bangunan tua di antara gedung-gedung pasar dan pelabuhan. Komunitas Muslim India mendirikan masjid ini sebagai tempat ibadah, pusat dakwah lintas generasi, sekaligus penjaga tradisi budaya yang tetap hidup hingga kini. Dari plester putih telur hingga gula yang ditabur setiap tahun, masjid ini menjadi pengingat bahwa rumah ibadah juga berperan sebagai penanda identitas kolektif sebuah kota.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *