Press "Enter" to skip to content

Makan Gratis Sekolah; Strategi Lokal, Inspirasi Global

Kampartra Post- Program makan siang gratis yang akan diusung oleh pemerintahan baru Indonesia memiliki potensi besar.

Hal ini bisa mengurangi kemiskinan, meningkatkan kesehatan anak, dan mempersempit kesenjangan sosial.

Meski ini bukan gagasan baru pada dunia, adaptasi lokal dengan memanfaatkan pengalaman global dapat membuatnya relevan dengan kebutuhan masyarakat Indonesia.

Inspirasi dari Program Makan Gratis Dunia

Program makan gratis telah diterapkan pada berbagai negara dengan keberhasilan yang signifikan.

Di Minnesota, Amerika Serikat, pemerintah mengesahkan program Universal Free Meals pada 2023.

Tanpa diskriminasi usia atau pendapatan, semua siswa menerima makan pagi dan siang gratis.

Gubernur Tim Walz meyakini program ini membantu mengurangi stres orang tua dan meringankan beban ekonomi keluarga.

Dukungan penuh dari APBN Minnesota memastikan program ini berjalan lancar.

Afrika pun memiliki teladan. Rwanda, melalui kepemimpinan Presiden Paul Kagame, berhasil meningkatkan cakupan makan gratis dari 660.000 anak pada 2020 menjadi 3,8 juta anak pada 2022.

Rwanda bahkan menjadikan program ini bagian dari strategi nasional untuk memastikan setiap anak mendapat nutrisi layak.

Di Benin, Presiden Patrice Talon meningkatkan anggaran nasional hingga USD 270 juta untuk menyediakan makan bergizi bagi seluruh golongan.

Follow Instagram Kampartra Post

Eropa juga memiliki sejarah panjang dalam program serupa.

Negara-negara seperti Inggris dan Prancis menjalankan kebijakan makan gratis sejak dekade 1970-an.

Pemerintah London, misalnya, mengalokasikan £140 juta pada 2024/2025 untuk menyediakan makan siang gratis bagi 287.000 anak, guna mencegah kekurangan nutrisi dan pengucilan sosial.

Negara-negara Uni Eropa lainnya, seperti Jerman dan Slovakia, memberikan makan gratis kepada siswa dari keluarga berpenghasilan rendah.

Sementara negara seperti Austria dan Italia fokus pada wilayah berpendapatan rendah.

Relevansi dengan Indonesia

Dengan pengalaman global tersebut, Indonesia dapat merancang program makan siang gratis yang relevan dengan kondisi lokal.

Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2023 menunjukkan bahwa hampir 49% pengeluaran konsumsi rumah tangga Indonesia digunakan untuk makanan.

Ketimpangan akses gizi, terutama protein, antara kelompok kaya dan miskin masih menjadi masalah besar.

Dalam konteks ini, program tersebut menjadi sangat relevan.

Dengan menargetkan anak-anak dari keluarga kurang mampu.

Program oleh pemerintahan baru ini juga dapat meringankan beban pengeluaran pangan dan memungkinkan alokasi anggaran keluarga untuk kebutuhan lain seperti pendidikan dan kesehatan.

Konteks Lokal yang Spesifik

Yang membedakan program ini dengan negara lain adalah bagaimana Indonesia harus menyesuaikannya dengan keberagaman budaya, agama, dan kondisi geografis.

Menu makanan harus mempertimbangkan preferensi lokal agar dapat diterima dengan baik.

Selain itu, distribusi makanan ke daerah terpencil memerlukan infrastruktur yang memadai agar kualitas makanan tetap terjaga.

Indonesia juga bisa mengadopsi model pembiayaan progresif seperti pada Prancis, yang mana harga makanan disesuaikan dengan kemampuan ekonomi keluarga.

Hal ini memastikan semua golongan masyarakat dapat menikmati program ini tanpa beban.

Dengan belajar dari Minnesota, Rwanda, dan negara-negara Eropa, Indonesia memiliki kesempatan besar untuk menciptakan program makan siang bergizi gratis yang sesuai dengan kebutuhan lokal.

Jika terlaksana dengan baik setelah pelantikan pemerintahan baru, program ini tidak hanya akan mengurangi beban ekonomi keluarga miskin.

Akan tetapi juga menciptakan generasi yang lebih sehat dan produktif.

Be First to Comment

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *